Di Koyasan, terdapat sebuah tempat bersemayamnya salah satu orang paling dikenal dalam sejarah kepercayaan di Jepang. Okunoin merupakan salah satu tempat paling terkenal di Koyasan, selain menyimpan jasad Kobo Daishi atau yang lebih sering dikenal dengan nama Kukai, seorang biksu pendiri ajaran Buddha Shingon, Okunoin juga merupakan kompleks makam terluas di Jepang. Tak hanya itu, Okunoin merupakan salah satu tempat paling suci dan tempat berziarah terpopuler di Negeri Sakura ini.
Setelah melalui perjalanan yang spektakuler menuju Koyasan, akhirnya saya bersama Jun memulai trip singkat kami keliling Koyasan. Ternyata membawa teman lokal tak cukup membantu. Jun malah tak tahu menahu mengenai Koyasan. Alhasil saya yang lebih cerewet dan banyak bertanya.
Dari stasiun Koyasan, kami langsung naik bus yang sudah berada di depan stasiun menuju situs Okunoin. Dari informasi yang saya baca di Lonely Planet, Okunoin adalah salah satu tempat paling wajib dikunjungi di Koyasan. Selain itu, dilihat dari peta kawasan Koyasan, Okunoin adalah situs yang paling jauh. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, saya telah membeli paket Koyasan World Heritage Ticket, jadi sudah tak perlu lagi membayar tiket bus selama di Koyasan.
Ternyata pemandangan di sekitar Koyasan juga sering membuat saya terpukau. Jalanan berkelok-kelok melewati hutan cemara yang pohonnya tinggi menjulang membuat kawasan tersebut terasa sunyi dan damai. Ditambah lagi banyaknya kuil di kiri dan kanan serta jalan yang sangat sepi membuat kawasan tersebut terkesan keramat.
Ada sepasang turis asing yang membawa koper besar turun di depan sebuah kuil, nampaknya mereka ingin menjalani liburan a la biksu di temple lodging yang memang banyak tersedia di Koyasan. Kita bisa menginap di kuil dan menyantap masakan untuk biksu. Pastinya liburan mereka akan sangat damai.
Tak sampai setengah jam saya dan Jun sudah tiba di Okunoin bersama beberapa turis lokal lainnya. Ketika keluar dari bus, saya langsung disambut oleh udara super segar. Pemandangan di sekitarpun didominasi oleh warna hijau. Di depan sudah ada gapura khas Jepang, atau biasa disebut Torii, dan jalan untuk pejalan kaki yang cukup luas. Jalan tersebut dilapisi oleh bata putih yang panjang membentang. Di kiri kanan jalan tersebut, batu nisan memagari. Ya, nampaknya saya lupa bahwa saya sedang main ke kuburan.
Tanpa ragu kami mulai berjalan memasuki jalan tersebut. Semakin masuk ke kawasan Okunoin, semakin mudah terlihat berbagai jenis makam. Nampaknya makam-makam di pelataran depan ini tergolong baru karena batu nisannya masih mulus. Berbeda dengan batu-batu nisan yang saya sempat lihat di kedalaman hutan, sudah nampak tua dan diselimuti lumut hijau.
Salah satu tempat yang paling dicari di Okunoin adalah makam dari Kobo Daishi. Dipercara bahwa Kobo Daishi, seorang biksu Shingon Buddhism yang menemukan Koyasan ini tidak meninggal namun sedang melakukan meditasi sepanjang hayat sambil menunggu Miroku Nyorai (Maihreya) atau Buddha Masa Depan.
Sebenarnya pintu masuk Okunoin sendiri adalah bukan dari tempat yang saya masuki. Dulunya perjalanan ziarah di Okunoin dimulai dari jembatan Ichinohashi. Setiap orang yang memasuki Okunoin ini diharuskan untuk menghormati Kobo Daishi sebelum melewati jembatan tersebut. Selama berjalan sepanjang dua kilometer dari Ichinohashi menuju makam Kobo Daishi ini, pengunjung akan ditemani dengan 200,000 nisan. Sementara itu, saya yang masuk dari pintu terbaru ini hanya cukup berjalan tak lebih dari satu kilometer untuk menuju makam Kobo Daishi.
Berjalan di tengah makam-makam tua berlumur dan dikelilingi oleh pepohonan cemara tinggi menjulang sudah membuat saya merinding. Itu saja saya jalan berdua, tak terbayang kalau sendirian. Dari literatur yang saya baca, ternyata ada beberapa orang yang suka melakukan perjalanan di Okunoin pada malam hari untuk mencari suasana yang berbeda. Walah.. kalau di Indonesia, itu namanya uji nyali.
Sayangnya kami berdua tak punya banyak waktu untuk bisa eksplorasi lebih jauh di Okunoin. Berhubung waktu itu sudah jam 4 sore dan kami belum melihat situs-situs lainnya maka kami memutuskan untuk bergegas kembali ke halte bus. Tujuan kami selanjutnya adalah beberapa kuil yang menjadi ikon di Koyasan seperti Kongobuji dan Garan.
Well, creepy n mencekam juga ya suasananya meski siang hari. Hutannya lebat, udah gitu arca2nya berlumut pula.
Anyway, ngomong2 soal pemakaman, di Osaka ada beberapa komplek makam bernama Mozu-Furuichi Kofungun Ancient Tumulus Clusters. Bentuk kompleknya unik, kalo dari atas berbentuk sperti lubang kunci. Dan warga lokal sono lagi perjuangin komplek makam ini utk jadi World Cultural Heritage. Yah, warga sono emang niat abis alias berdedikasi ama taman makam pahlawan sampe mau dijadiin tempat wisata.
“It’s not just about the destination, but the journey”
http://makanangin-travel.blogspot.com/
aih.. makasih banyak loh atas masukan tempatnya. semoga nanti pas ke Osaka lagi bisa mampir ke sana 🙂
Pingback: Mengenal Kongobuji, Pusat Ajaran Buddha Shingon | TRIP TO TRIP
Oh bisa juga liburan ala biksu nginep di kuil gitu yaaa, googling ah cari2 biayanya kayak nya seru 🙂
monggo dicoba mas nanti ceritain ya 😉
jadi pengen masukin okunoin ke list kalau backpacking ke jepang..
wajipp
Hihihi… creepy juga yaah… kalo gitu, sekalian bikin cerita pengalaman horror saat traveling gitu Feb… seru pastinya deh…
hahaha untungnya belum ada mba. hii jgn sampai 😀
Si Jun itu anak gaul metropolitan kayaknya, jadi nggak tau tempat2 beginian 😀
Tempatnya cozy bgt ya. Enak buat duduk2 sambil ngeblog seharian *eh* *lalu diusir sama biksu*
Lebih tepatnya nerd dan jarang keluar rumah hehe tapi dia tau banyak soal Jepang terutama kawasan Kansai soalnya dia besar di Kyoto.
Kalo napas di sini ya, rasanya napas dari idung ke paru-paru tuh lancar banget, pake ada efek mint-nya. hehe sayang sih, jauh.
Oh, anak rumahan. Sama kayak gue berarti 😀
Wah seger bgt ya udara di situ.
anak rumahan banget Gi, gue ajakin hangout weekdays after office gak bisa ya :))
Eh ini maksudnya ngajakin gue? 😀
iya hahaha
Gue di Bandung, bro. Habis ikut jobfair dan lagi nunggu hasil. Belum ada panggilan di Jakarta. Sini sini 😀
baiklah, kl ke Bandung akan dikabarin 🙂
Yahh nggak coba jelajah malam hari di Okunoin? Jenis meme nya kan beda Feb, bukan ketemu pocong ama kuntilanak lagi kan hahaha
Liat sadako keluar dari TV di film aja udah horor banget broh.. hehe mau sih, mau banget bisa ‘jurit malem’ di Okunoin, hanya saja kan harus menginap di sana, sayangnya masih belum mampu untuk bisa menginap di temple lodging di sana. hiks. Lain kali mungkin bisa 😉
Sadako mah udah biasa, itu loh meme yg nggak punya wajah, atau yg punya lidah panjang, dan meme kece lainnya kaya di komik Nube hahaha #terkomikJepang 😀
haha Nube. iya itu serem. Sama tau gak serial TV Ghost at School? itu juga horor.
Nube komik favoritku ttg horor Jepang yg nggak terlihat palsu ceritanya.
Belum pernah nonton yg Ghost of School nih… ntar ta coba cari di yutube ah 🙂