Lompat ke konten

Itinerary Backpacking ke Peru

¡Hola mi amigo! Halo teman-teman! Setelah pulang dari backpacking ke Peru selama dua minggu, akhirnya saya punya tambahan kata-kata bahasa Spanyol selain Hola dan Gracias. Mari dimulai dengan postingan itinerary backpacking ke Peru ini. Bagaimana sih persiapannya? Apa saja yang mesti dipersiapkan? Mahal gak sih di Peru? Bagaimana cara ke Machu Picchu? Pasti masih ada banyak pertanyaan lainnya mengenai Peru ya? Yuk baca dulu itinerary backpacking ke Peru ini dan setelahnya bisa berikan pertanyaan di kolom komentar.

1. Kenapa Backpacking ke Peru?

Jawabannya gampang. Machu Picchu! Selain situs sejarah yang menjadi The New 7 Wonder of The world ini, Peru merupakan negara bebas visa bagi pemegang paspor Indonesia. Selain itu, Peru punya banyak keberagaman mulai dari alam hingga kebudayaan. Wilayah di Peru sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu wilayah coastal atau pesisir, pegunungan, dan Amazon. Ketiga-tiganya memiliki pesonanya tersendiri.

Alasan Pribadi Backpacking ke Peru

Scene dari The Motorcycle Diaries

Sementara itu, alasan pribadi saya untuk backpacking ke Peru adalah karena saya sudah terpikat dengan negara yang satu ini sejak sepuluh tahun terakhir. Dari dulu memang Machu Picchu sudah terdengar namanya dan memanggil-manggil namun terasa sangat jauh. Kemudian sekitar 10 tahun lalu, saya menonton film yang berjudul The Motorcycle Diaries. Sebuah film berbahasa Spanyol tentang perjalanan Ernesto Guevara (atau yang dikenal sebagai Che Guevara) dengan sahabatnya Alberto Granado mengelilingi Amerika Selatan dengan sepeda motor. Diperankan oleh Gael García Bernal, film The Motorcycle Diaries tak hanya menampilkan pesona Amerika Selatan yang magis namun juga keunikan asimilasi dan akulturasi budaya suku lokal dan bangsa kolonial.

Ada scene di mana Ernesto dan Alberto mampir ke Cusco. Mereka bertemu dengan suku lokal Quechua, yang mana mereka masih menerapkan tradisi-tradisi dari masa-masa kerajaan Inka. Di dalam perjalannya, mereka juga mampir ke Machu Picchu. Di situ lah saya semakin jatuh cinta dan menekatkan diri untuk bisa menginjakkan kaki di sana.

2. Bagaimana Merencanakan Backpacking ke Peru?

Bulan February merupakan ‘low season’ di Machu Picchu.

Memang saya sudah ingin ke Peru semenjak dari satu dekade lalu namun saya baru kesampaian untuk merealisasikannya sekarang. Dan yang lebih buat saya bangga adalah, hanya butuh satu bulan untuk bisa merencanakan backpacking ke Peru selama dua minggu ini.

Jadi pada bulan Januari 2018, saya sudah ngebet untuk liburan. Saya sudah bosan dengan Seattle yang dilanda musim dingin berkepanjangan. Terlebih lagi cuaca selalu dirundung gerimis dan langit mendung. Akhirnya saya cek-cek tiket ke Lima, Peru hampir setiap hari. Begitu saya nemu tiket Seattle – Lima (PP) sekitar US$ 600, langsung saya booking, baru kemudian apply cuti. Saya sudah deg-degan sih takut gak dikasih cuti soalnya kan akan kabur selama dua minggu, tapi untungnya sih bisa juga berangkat.

Peru merupakan salah satu destinasi dunia yang terkenal. Di tahun 2016, ada sekitar 4,5 juta turis asing yang mengunjungi Peru. Setelah jalan-jalan di Peru selama dua minggu, saya pun melihat bahwa Peru sudah siap untuk menyambut lebih banyak turis asing. Jadi informasi mengenai Peru sangatlah mudah.

Apa saja yang mesti disiapkan untuk backpacking ke Peru?

Pertama-tama buat lah itinerary nya. Menurut saya itinerary sangat membantu kita dalam memberikan gambaran bagaimana backpacking ke Peru nantinya. Itinerary versi saya merupakan lebih ke schedule atau jadwal perjalanan di Peru setiap harinya. Di dalam itinerary ini juga kamu bisa memberikan informasi selengkapnya mengenai penginapan yang akan kamu tempati, destinasi wisata, serta budget perjalanan. Berikut ini contoh itinerary backpacking ke Peru versi saya.

Bisa dilihat bahwa itinerary backpacking ke Peru di atas hanyalah gambaran besar. Saya memang tidak mematok setiap harinya mesti mengunjungi berapa tempat. Untuk lebih mudahnya, saya riset tempat-tempat yang mesti didatangi di Wikitravel atau pun di Lonely Planet. Kemudian saya tandai tempat-tempat tersebut di Google Maps dan mengategorikannya ke dalam destinasi. Misalnya seperti destinasi di Lima bisa dilihat di dalam daftar Google Maps berikut https://goo.gl/maps/BUkTehUtqwK2.

Bagaimana dengan pakaian? Apakah di Peru dingin?

“Apakah Peru itu dingin?” Ini merupakan salah satu pertanyaan yang sering saya dapatkan ketika saya update perjalanan saya di Instagram. Jawabannya, tergantung. Berhubung saya memiliki sekitar 6 pemberhentian dan lokasinya mulai dari 44 meter di atas permukaan laut (mdpl) sampai sekitar 3800 mdpl, maka saya akan memiliki suhu udara dan cuaca yang beragam.

Sebagai gambaran, suhu rata-rata di Lima (44 mdpl) pada bulan Februari itu sekitar 18ºC – 27ºC, sedangkan suhu rata-rata di Cusco (3,399 mdpl) sekitar 11º C. Jadi sebenarnya saat merencanakan trip ini, saya pun bingung mesti bawa pakaian seperti apa. Jadi solusinya, saya bawa 4 kaos dan 5 baju/kemeja lengan panjang. Sementara itu untuk jaket, saya hanya membawa satu parka yang tidak terlalu tebal. Syal atau scarf sangat berguna juga. Begitu juga dengan kaos kaki panjang namun bawa juga kaos kaki pendek untuk jalan hari-hari di Lima atau kawasan pesisir.

Matahari di dataran tinggi sangatlah kuat. Makanya selain untuk mencegah kedinginan, kaos lengan panjang juga berguna untuk menghindari kulit kebakar. Pastinya jangan lupa untuk bawa sunscreen atau kamu bisa beli di Inkafarma atau apotek di Peru.

Penginapan di Peru

Penginapan di Uros Aruma Uro

Seperti yang sudah saya bilang di atas, persiapan backpacking ke Peru tidaklah sulit. Untuk penginapan di Peru, sebaiknya kamu booking terlebih dahulu. Dalam trip ini, mayoritas penginapan saya booking melalui booking.com dan juga AirBnB. Untuk booking.com, kamu tidak perlu membayar online namun mayoritas harus memasukkan nomor kartu kredit.

Berikut ini penginapan yang saya coba di Peru beserta rating dari saya (5/5):

1900 Hostel – Lima ⭐⭐

AirBnB at Baranco – Lima ⭐⭐⭐⭐

Hostal Qolqampata – Cusco ⭐⭐⭐

Hostal El Triunfo – Cusco ⭐⭐⭐⭐

Hostal La Vecindad – Aguas Calientes ⭐⭐

Uros Aruma Uro – Puno ⭐⭐⭐

Le Foyer Hostel – Arequipa ⭐⭐⭐⭐

Banana Adventure’s – Huacachina ⭐⭐⭐

Ada banyak hostel, penginapan murah, sampai butik hotel yang Instagramable. Jadi silakan riset sendiri sesuai selera kamu 🙂

Transportasi di Peru

Sesuai rencana, saya punya 6 pemberhentian yaitu Lima, Cusco, Machu Picchu, Puno, Arequipa, dan Huacachina. Menurut saya transportasi di Peru sedikit lebih mahal ketimbang di Indonesia namun bicara mengenai bus, menurut saya bus di Peru termasuk jauh lebih bagus dan nyaman dibanding bus-bus di Indonesia.

Penerbangan ✈

Dari Lima menuju Cusco, untuk menghemat waktu, saya naik pesawat. Ada banyak pilihan budget airlines di Peru. Beberapa penerbangan murah tersebut adalah Peruvian, Viva Air, LC Peru, dan Star Airlines. Selain itu, maskapai besar yang memiliki banyak rute adalah LATAM dan Avianca. Sayangnya kedua maskapai tersebut memberlakukan harga untuk turis asing yang jauh lebih mahal. Kalau kamu coba mengecek di situs lokal (dengan lokasi Peru dan bahasa Spanyol) maka hasil pencarian akan menunjukkan harga yang sangat murah (bisa sepertiga harga yang dijual ke warga non-Peru). Sayangnya promo di LATAM dan Avianca tersebut hanya untuk warga lokal dan kalau kamu memaksakan diri untuk beli, di bandara akan dilakukan pemeriksaan dan kalau kamu tidak memiliki izin tinggal tetap, maka kamu akan dikenakan denda sekitar US$ 170.

Bus 🚌

Mayoritas perjalanan backpacking di Peru saya lakukan dengan bus. Satu bus yang saya percaya adalah Cruz del Sur. Jadi selama di Peru saya hanya menaiki bus Cruz del Sur hehe. Meskipun harganya relatif mahal namun fasilitas dan kenyamanan yang diberikan sangatlah memuaskan. Mayoritas bus nya adalah tingkat dua. Lantai bawah untuk kelas VIP dan lantai atas untuk kelas biasa (yang berasa seperti kelas bisnis).

Untuk booking tiket bus di Peru, saya hanya menggunakan BusBud. Sebenarnya Cruz del Sur punya website sendiri namun jaringan di websitenya terlihat tidak aman untuk melakukan transaksi dengan kartu kredit dan juga saya tidak bisa mengisi ‘Indonesia’ pada kolom paspornya.

Kereta 🚂

Sebagai turis asing, kereta di Peru lebih seperti kereta wisata. Tau dong kalau judulnya sudah ‘kereta wisata’? Harganya sangatlah mahal! Kalau bukan untuk melihat Machu Picchu, rasaya saya males mengeluarkan uang sekitar US$ 150 hanya untuk 1,5 jam perjalanan.

Kereta yang pernah saya coba adalah kereta dari Ollantaytambo ke Machu Picchu/Aguas Calientes dengan PeruRail. Ada dua operator kereta yang beroperasi menuju Machu Picchu yaitu Peru Rail dan Inca Rail. Peru Rail merupakan perusahaan dengan investor asing sedangkan Inca Rail dipegang oleh investor lokal. Entah kenapa saya memilih Peru Rail, saya lupa.

Dari bulan Januari – April, Peru Rail memiliki paket perjalanan Bus + Kereta dari Cusco menuju Machu Picchu karena rel kereta hanya bisa dipakai dari Ollantaytambo. Jadi kita mesti naik bus dari Cusco. Biar gak ribet, saya pilih opsi tersebut, namanya paket bimodal. Tarifnya mulai dari US$ 65 – US$ 405. Yes. Gila mahalnya! Katanya merupakan salah satu tarif kereta termahal di dunia (dihitung dari jarak tempuhnya).

3. Rute Backpacking di Peru

Dalam waktu dua minggu saya memiliki 6 pemberhentian yang mencakup dua wilayah di Peru yaitu wilayah pesisir dan pegunungan. Kota atau pemberhentian apa yang saya datangi? dan mengapa saya memilih destinasi tersebut? Berikut ini sedikit ringkasannya:

Lima

Ceviche di Punta Azul, Lima.

Ya.. tau sendiri dong kenapa mesti datang ke Lima? Merupakan ibukota dan kota terbesar di Peru. Lima juga merupakan salah satu pusat masuk turis asing menuju destinasi-destinasi di Peru. Saya memutuskan untuk menghabiskan waktu 3 malam di Lima. Kota Lima sendiri terkenal akan kulinernya. Ada sekitar 4 dari 50 restoran terbaik dunia. Sebagai perbandingan, Lima sejajar dengan New York City, Paris, dan Tokyo. Selama dua dekade terakhir, kuliner di ibukota Peru ini bangkit dan menjadi perhatian dun bisa dibilang sebagai kota dengan kuliner terbaik di Amerika Selatan. Kalau kamu punya waktu, coba deh nonton Chef Table Season 3 pada episode Chef Virgilio Martinez.

Cusco

Plaza de Armas Cusco

Kalau Lima merupakan pintu masuk ke Peru, Cusco merupakan gerbang untuk mengenal kebudayaan dan sejarah Kerajaan Inka. Ada banyak reruntuhan yang sulit dipercaya kalau bangunan tersebut dibangun sejak ribuan tahun lalu. Selain itu, Cusco sendiri merupakan kota yang menawan. Berada di ketinggian sekitar 3400 mdpl, hati-hati dengan altitude sickness. Oleh karena itu saya menyempatkan diri untuk aklamasi selama beberapa hari di sini.

Machu Picchu

Yes, Machu Picchu

Dari Cusco, Machu Picchu berada sekitar 75 km namun untuk menuju Machu Picchu dibutuhkan waktu selama 4 jam dengan menggunakan bus, kereta, dan bus lagi. Oleh karena itu, untuk lebih maksimal, saya menginap di Aguas Calientes satu malam sehingga bisa pergi ke Machu Picchu dari pagi.

Pisaq

Pasar di Pisaq

Kota yang satu ini berjarak sekitar 35 km dari Cusco, bisa ditempuh dengan waktu satu jam. Awalnya Pisaq tidak masuk dalam itinerary backpacking ke Peru. Rencana awal saya adalah untuk trekking ke Rainbow Mountain yang berjarak sekitar 3 jam dari Cusco. Namun untuk bisa menuju Rainbow Mountain, dibutuhkan trekking selama setengah hari dan lokasinya berada di ketinggian sekitar 4000 mdpl. Saya merasa kondisi badan saya tidak kuat dan memilih untuk menjadikan Pisaq sebagai alternatif. Ada reruntuhan Pisaq yang sangat menawan dan tak ramai turis serta terdapat pasar tradisional yang sangat menawan.

Puno

Anak-anak di Uros, Pulau Terapung

Puno sendiri merupakan akses menuju Danau Titicaca, merupakan danau terbesar di Amerika Selatan dan salah satu danau yang berada di titik tertinggi di dunia. Dari fakta tersebut saja, saya sudah cukup tertarik dengan danau magis ini. Semakin mistis dengan pengalaman mampir ke salah satu pulau terluar di Peru yaitu Pulau Taquile. Pengalaman semakin unik dengan menginap di pulau apung Uros.

Arequipa

Plaza de Armas Arequipa

Dari mulai merencanakan backpacking ke Peru ini saja saya sudah sangat semangat untuk mampir ke Arequipa. Dari riset yang saya lakukan, Arequipa terlihat sangat menawan. Kota ini merupakan kota terbesar kedua setelah Lima. Menurut saya Arequipa sangat mirip suasananya dengan Bandung namun Arequipa memiliki kota tua yang jauh lebih cantik dan menarik.

Huacachina

Oasis Huacachina

Sudah lama saya ingin main ke oasis atau danau yang berada di tengah gurun pasir. Tipikal pesisir Peru adalah kawasan bergurun pasir, salah satu yang menarik adalah gumuk pasir Huacachina ini. Di sini suasananya sangat santai dan kamu bisa memacu adrenalin dengan naik mobil buggy dan juga sandboarding sambil tengkurep.

4. Bagaimana Cara Menuju Peru?

Oke, Peru memang destinasi yang jauh banget dari Tanah Air namun bukan mustahil buat kamu jika ingin berkunjung ke Peru dari Indonesia. Saya sempat ketemu dengan traveler asal Vietnam yang berkunjung dari Hanoi. Rute terbang dia adalah Hanoi – Moscow – Havana – Lima. Ada baiknya kalau kamu berencana untuk ke Peru, sekalian yang lama atau bisa juga sekalian traveling ke negara-negara Amerika Selatan, banyak loh yang bebas visa, misalnya Chile, Equador, dan Colombia.

Rute penerbangan yang saya tempuh cukup mudah, berhubung saya tinggal di Seattle, Amerika Serikat. Cukup terbang 6 jam ke Mexico City dan dilanjutkan 6 jam menuju Lima.

Lalu bagaimana kalau penerbangannya dari Jakarta? Oke, mungkin ini bisa menjadi salah satu rute terbaik.

Rute 1: Jakarta – Kuala Lumpur – Amsterdam – Lima. Rute ini bisa ditempuh dengan satu maskapai, yaitu KLM. Untuk transit di Amsterdam, kamu tidak harus memiliki visa schengen. Ya lebih baik lagi kalau kamu punya visa schengen, jadi bisa sekalian jalan-jalan di Eropa.

Rute 2: Jakarta – Hongkong – Los Angeles – Lima. Rute ini tidak terlalu beda jauh dengan rute nomor satu kalau dilihat dari jaraknya namun satu kendala di rute ini adalah kamu harus memiliki visa Amerika Serikat untuk bisa transit di sini.

5. Apakah Peru Mahal? Bagaimana Budget Backpacking ke Peru?

Datang dari Seattle yang merupakan salah satu kota dengan biaya hidup termahal di Amerika Utara, jalan-jalan di Peru buat saya sangatlah terjangkau. Lalu bagaimana kalau dilihat dari kacamata Indonesia? Menurut saya, Peru lebih mahal sedikit dari Indonesia soal biaya hidup tapi tidak jauh. Mayoritas biaya makanan di restoran sekitar 10 – 30 soles (1 soles = Rp 4300). Bisa dibilang biaya hidup di Lima sama seperti biaya hidup di Jakarta. Begitu juga dengan tempat-tempat yang terkenal dengan turis seperti Cusco, biaya tinggalnya lebih mahal.

Untuk menginap, ada banyak pilihan. Mulai dari hostel seharga Rp 50.000/malam sampai hotel bintang 3 sekitar Rp 300.000 – Rp 500.000/malam.

Sebagai gambaran, untuk trip 2 minggu, berikut ini rinciannya:

✈ Penerbangan SEA – LIM – SEA: US$ 630

🏩 Penginapan (10 malam): US$ 250

✈ Transportasi (pesawat LIM – CUZ): US$ 63

🚍 Transportasi (bus di Peru): US$ 62

🚂 Transpotasi ke Machu Picchu:  US$ 150

🏯 Tiket masuk wisata (perkiraan): US$ 150

Total budget backpacking ke Peru adalah … 💵 US$ 1305 💸 💸(kemudian gak berani rupiahin)

Biaya di atas belum termasuk biaya sosialisasi termasuk biaya makan-makan dan belanja-belanja. Untuk makan sendiri, selama di Peru, saya cukup pilih-pilih. Untuk menikmati kuliner Peru yang sedang terkenal ini, saya sengaja riset tempat makan yang recommended. Jadi.. mungkin budget kuliner saya sekitar US$ 250 selama dua minggu.

Tarik uang di ATM atau tukar di Money Changer?

Bicara soal budget, tak terlepas dari soal pengadaan uang. Di zaman kaum millennial ini rasanya udah gak perlu bingung soal uang. Kalau punya kartu debit atau kredit, tinggal gesek untuk setiap transaksinya. Yang perlu diperhatikan adalah service fee atau biaya tambahan. Bagaimana di Peru?

Jadi sebelum pergi, saya sempat diberitahu oleh teman blogger, yaitu Firsta bahwa peraturan penarikan ATM di Peru cukup tricky. Maksudnya adalah, setiap bank memiliki surcharge fee yang berbeda-beda, mulai dari Rp 50.000 – 100.000. Kalau dipikir-pikir, ambil uang Rp 1 juta, kena charge nya bisa Rp 100.000 sendiri. Kan lumayan sadis ya? Selain itu, Bank BCP sudah memberlakukan batas penarikan bulanan untuk kartu ATM asing, yaitu hanya 700 soles.

Untuk lebih lengkapnya bisa baca di tautan ini.

6. Apakah Peru itu ‘Worth It”?

Dari segala waktu dan uang yang saya habiskan untuk backpacking ke Peru, jawabannya tentu 100% WORTH IT. Saya mau balik ke Peru, lagi, dan lagi. Setelah melihat keberagaman alam dan budaya di sana, rasanya saya mau mengenalnya lebih dalam lagi. Mungkin sambil belajar bahasa Spanyol.

Tak ada tempat yang terlalu jauh untuk dicapai. Meskpun Peru terasa seperti ujung dunia bagi kita warga Indonesia namun dengan semakin canggihnya teknologi, penerbangan semakin terjangkau dan informasi semakin mudah didapat. Tak ada kata mustahil.

Pesan saya, menabung lah.. Persiapan bisa hanya sebulan saja namun memang persiapan finansial bisa lebih lama. Jadi persiapkan tabungan ke destinasi impian mu. Kemudian booking tiket pesawatnya ketika kamu berhasil menemukan dengan harga yang sesuai di kantong kamu.

Kalau kamu punya pertanyaan lebih lanjut, tuliskan saja di kolom komentar di bawah ya!

33 tanggapan pada “Itinerary Backpacking ke Peru”

  1. Suami saya tinggal diapartment miraflores, lima, peru, kurang lebih 4 bulan, karena job pan american kemaren, akirnya saya jadi tau resep chevice salah satu makanan khas orang disana…
    Porsi makan mereka banyak heheee, disajikan makanan pembuka (kalo di indonesia udah jadi makanan utama 😂) makanan utamanya nasi dan selalu disertai kentang goreng dan ubi goreng dengan porsi jumbo…
    Iya bener ke peru tidak memerlukan visa, suami saya dari jakarta ke sydney, lalu ke chile dan peru.
    Pulangnya dari peru ke chile, lalu auckland, lalu sydney, trakir jakarta indonesia.
    Biayanya gratis dari kantor hahhaaa…

  2. Dalam waktu dekat Insya Allah kami berempat akan ke peru bagaimana dekat makanan halal
    Dan klu utk umur seusia sy 56 thn masih direkomendasikan kah ke machu pichu terima kasih

    1. Febry – 🌎

      Umur bukan masalah, kalau Anda merasa sanggup, ya bisa dicoba. Tapi jangan paksakan diri. Untuk makanan halal sih mungkin agak susah ya yang ada label halal nya. Kalau hanya mau menghindari makanan babi sih ya bisa banget, pesan aja menu seafood.

    2. jejaklangkah2

      Di Peru susah cari makanan halal, saya sejak 2016 di sini sampai sekarang belum pernah dengar makanan halal di Peru. Pilihannya paling makanan laut, sayuran dan buah. Kalaupun bisa makan ayam atau daging sapi, mereka juga ngga ada sertifikasi halal, tidak tahu juga bagaimana cara menyembelihnya. Saran saya, kalau ragu-ragu halal/haram, pilih saja sayur dan buah atau makanan laut.

      1. Iyesss ini bener, suami saya selama diperu makannya ikan, telur, ayam…
        Ayamnya juga dipotong gak seperti kita, bilang suami aneh cara mereka potong ayam hehhee, dan slma 4 bulan disana dari mei sampe september, cuacanya dingin terus.

        1. Febry – 🌎

          Tiket PP dari Jakarta ke Peru saya kurang tahu. Bisa dicek sendiri di skyscanner. Untuk total budget selama 2 minggu di Peru, bisa cek sendiri di poin nomor 5 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.