Filipina, saya selalu semangat jika mendengar negara tersebut, rasanya minta dijelajahi banget! Sesungguhnya, negara kita jauh lebih indah dari Filipina. Bisa dilihat dari luas negaranya saja sudah jauh berbeda. Namun, hal yang membuat daya tariknya sangat kuat adalah keanekaragaman keindahan alamnya dan cara mereka mengemasnya, selain itu saya berasumsi dan melihat langsung bahwa harga transportasi disana jauh lebih murah dibanding di Indonesia. Kalau disini sih.. harga tiket ke Indonesia timurnya saja seharga tiket Jakarta-Tokyo atau malah bisa mendapat harga tiket promo ke Eropa!!!
Berbekal tiket seharga 62 USD return oleh Cebu Pacific Air, saya berhasil mendapatkan #wishlist saya untuk destinasi ASEAN. Syukurlah saya mendapatkan izin dua hari dari kantor, namun sebelumnya sempet ngebut juga mencicil kerjaan yang akan ditinggal.
Penerbangan langsung dari Jakarta ke Manila hanya tersedia oleh dua buah maskapai, yaitu Philippine Airline yang Codeshare dengan Garuda Indonesia dan Cebu Pacific Airline. Jika bukan karena iseng mengecek website maskapai Cebu Pacific Air maka saya tidak akan seberuntung ini, mendapatkan tiket seharga 60 USD pulang pergi, harga tiket normalnya saja 140 USD/SEKALI JALAN!!
Sebenarnya tujuan utama saya ke Filipina itu bukan city tour di Manila, atau ibu kotanya, melainkan melihat keunikan alamnya.. Ya kebanyakan sih pulau dan pantai-pantai, namun ada satu yang unik disana yaitu Chocolate Hills. Sayangnya letaknya di Visayas atau bagian tengah kepulauan di Filipina. Untuk mencapainya mesti terbang ke Pulau Bohol (Kota Tagbilaran) atau bisa juga terbang ke Cebu yang kemudian dilanjutkan dengan speed boat selama satu jam lebih. Selain Bohol Island, wishlist saya yang lainnya adalah Palawan. terdiri dari sebuah pulau besar, Pulau Palawan dan gugusan pulau kecil di sekitarnya termasuk Pulau Coron. Membayangkan saya hanya mempunyai waktu empat hari untuk menjelajahi semua wishlist saya itu rasanya rada mustahil. Selanjutnya? just read all the things goes 🙂
Seluruh penerbangan ke Manila berangkat tengah malam. Setelah check in pukul 10 malam itu di Terminal 2 Soekarno Hatta, saya mojok di mushola dengan perasaan waswas. Sebelumnya ada pikiran untuk membatalkan perjalanan ini. Sebenarnya perjalanan kali ini rasa gambling. Saya lupa mencari tahu lebih banyak mengenai destinasi saya, seperti how to go dan bahkan where to go haha just let everything goes impulsively! Selain masalah research, saya juga bermasalah di finansial, sebenernya sih cukup cukup saja, cuma tidak ada lebihnya, ini semua gara gara dua hari sebelum perjalanan ini saya ketinggalan pesawat di Kuala Lumpur! saya jadi kehilangan uang 700 ribu rupiah lebih untuk membeli tiket baru! sungguh miris dan bikin mood jatuh untuk terbang lagi 🙁
Pukul 00.30 pesawat take off dan siap mengucapkan selamat tinggal Jakarta untuk beberapa hari ke depan. Selanjutnya saya berusaha sekeras mungkin untuk tidur di pesawat. Saya sangat benci penerbangan empat jam ini, rasanya nanggung banget. Memang dasar saya pelit juga ya saya tidak beli makanan di dalam pesawat, hehe ya untungnya begitu memejamkan mata dan ketika bangun tiba-tiba sudah siap siap mau landing aja di Ninoy Aquino International Airport (NAIA). Syukurlaaah!
Penerbangan yang ga bisa dibilang lama tapi ga bisa dibilang sebentar ini bikin kepala keliyengan, masalahnya saya paling tidak kuat dingin dan tau sendiri AC pesawat dinginnya udah kayak apa, kan? sampai ketika turun dari pesawat dan masuk ke NAIA saya diserang gemetar yang hebat. Kayaknya itu perpaduan dari tidur yang kurang dan otak yang keram karena kaget pas bangun dan diserang dingin baik di pesawat maupun di bandara. Sial! untung saja saya tidak terintifikasi di dalam monitor pendeteksi penyakit ketika baru datang!
Ketika sampai di arrival gate, saya celingak celinguk karena hari masih gelap. Mau keluar bandara ga punya peso. Mau nunggu di bandara sampai ada free shuttle bus juga ga kuat sama dinginnya. Mau beli sarapan lagi lagi ga ada peso. Berasa orang bego yang terlalu pelit karena males nukerin uang di bandara karena pasti lebih mahal bikin saya cuma bisa mondar mandir keliling NAIA. Alhasil karena tidak tahan, saya tukerin juga 100 USD saya ke Money Changer di Bandara. Rasanya lumayan juga, bisa dapet 4265 Peso. Setelah dihitung-hitung, kalau menukar di Jakarta cuma dapet sekitar 4050 Peso saja!
Selanjutnya saya bisa keluar dari bandara super dingin itu! terlihat dari luar bandara sebuah resort terkenal yaitu Resort World Manila, cabangnya sudah ada di Singapore dan Malaysia. Tapi bukan itu tujuan saya. Menu saya hari itu adalah Intramuros dan berkeliling Metro Manila. Ohiya, mungkin pada bingung perbedaan Manila dengan Metro Manila. Jadi kalau di Indonesia ada Jakarta dan Jabodetabek, nah di Filipina itu Jakarta seperti Manila dan Metro Manila adalah Jabodetabeknya. Gabungan dari beberapa kita di sekitar seperti Pasay City, Makati, Quezon, Pasig, dan beberapa kota lainnya.
Dari NAIA kita bisa keluar dengan menggunakan Shuttle Bus berwarna putih. Rutenya ada beberapa termasuk transit antar terminal dan ke kota-kota terdekat. Tarifnya 20 Peso, kalau dirupiahkan sekitar 4000 rupiah. Rasanya harga tersebut terasa murah hingga saya menemukan moda transportasi bernama Jeepneys seharga 8 Peso!! woot it’s only Rp. 1600 dari ujung ke ujung! hahaha
Most of the first impression about The Philippine is ……… wajah kita mirip -_-
Wihh gue lagi mau ke manila trus blogwalking nemu ini ternyata blog lau! Hahaha
Apakabar feb? :))
Waah.. asik dimampirin Gaga.. Kabar baik brow. hehe kapan ke Manila?
besok minggu nih, rute nya cebu-bohol-boracay-manila. Impulsip aja beli tiket pas promo, dan belum tau mau ngapain :)))))) any recommendation? selain makan jollibee yang pasti 😀
Karena wajah mirip itu, jadi capeeeekkkkk banget jelasin ke mereka kalo saya ini orang Indonesia. Tiap orang yang ketemu pasti komentar, you look like Filipino. Sampe orang-orang di Lucky Plaza Singapore ngajak cas-cis-cus pake Tagalog aja.
harus pake baju bertuliskan negara asal ya kl gitu. eh tapi ada untungnya juga sih, wkt turun dr ferry di Bohol, kan naik tricycle trs dikira orang filipin, supirnya nanya “can not speak visayas?” akhirnya nyamar jd pinoy yg ga bisa bahasa visayas 😀
Sama. Kalo di Visayas suka bilang “i can’t speak Cebuano”. Langsung jd bahas inggris ngomongnya.
nemu blog yg lumayan komplit, ceritanya seru, bisa buat panduan kalo ntar mau kesini #blogwalking
makasih Mba Ainun. salam kenal 🙂