Meskipun sering wara-wiri ke negara-negara Asia tapi ternyata saya belum pernah eksplor negeri tetangga yang jadi destinasi favorit warga Indonesia, yaitu Singapura. Memang dari dulu tidak begitu tertarik dengan destinasi yang satu ini. Pada bulan Mei 2016 kemarin, saya berkesempatan untuk stay di Cyberjaya selama 1 bulan makanya saya sempatkan untuk jalan-jalan ke Singapura. Dari situ, saya coba cari destinasi yang low budget dan jarang didatangi turis-turis Indonesia. Nah.. nemu lah satu natural reserve terbesar di Singapura namanya MacRitchie. Perjalanan ke MacRitchie membuat saya makin kagum dengan Singapura, negara kecil namun bisa membuat sesuatu menjadi sangat apik.
Mungkin semakin sedikit kita punya, semakin bersyukur dan menghargai apa yang kita punya. Rasanya hal tersebut menggambarkan negeri Singapura. Pulau seiprit kalau dibandingkan dengan Indonesia, bahkan Malaysia, ternyata bisa memiliki beragam pesona.
Nampaknya beberapa tahun terakhir natural reserve di Singapura ini menjadi primadona bagi warga lokalnya. Selain jadi tempat pelarian dari penatnya pusat kota, warga lokal juga bisa jogging di trek-trek yang telah disediakan. Gak jarang juga, natural reserve ini dijadikan orang-orang sebagai tempat jalan-jalan di Singapura.
Pagi hari bangun di sebuah hostel di kawasan Race Course Road saya mendapati langit mendung dan mulai turun hujan rintik-rintik. Niatan saya untuk jalan-jalan di MacRitchie dan berkunjung ke TreeTop Walk nampaknya harus pupus begitu saja. Selain mengisi waktu dengan sarapan, saya juga sibuk mengecek situs resmi cuaca Singapura. Saya sampai niat melihat pergeseran awan, angin, dan hujan untuk memperkirakan apakah aman untuk tetap pergi trekking ke TreeTop Walk. Setelah satu jam menunggu, saya nekat pergi.
Dari kawasan Race Course Road, saya naik bus menuju Upper Thomson Road. Mesti transit di tengah jalan. Dan nampaknya gak punya EZ-link adalah malapetaka tapi untungnya saya mendapat pinjaman. Sebenarnya ada banyak pintu masuk menuju MacRitchie berhubung ini adalah kawasan yang luas namun saya secara spesifik memilih pergi ke TreeTop Walk. Jalur terdekatnya adalah lewat salah satu pintu masuk di Venus Drive.
Bermodalkan screenshot Google Map di smartphone, nyampai juga saya dan seorang teman jalan, Riyan. Kami tak sendiri, ada juga beberapa orang yang memulai perjalanannya lewat jalur yang kami pilih. Berhubung sedari malam hujan mengguyur Singapura, jalur becek dan bahkan banyak genangan airnya. Kami harus loncat batu sana sini layaknya di acara Benteng Takeshi.
Menurut peta, jarak pulang pergi dari Venus Drive menuju TreeTop Walk itu sekitar 15 km. Jalur trekking sangat bervariasi loh, mulai dari jalanan bertanah, jalanan menanjak dan menurun, hutan tropis, jembatan, sungai, hingga jurang.
Lucunya, kami tiba di Venus Drive pada jam 11.00 dan kami punya janji di Chinatown dengan seorang teman Singapura, Ben, pada jam 1 siang. Jadi.. kami mesti menyelesaikan 15 km trek ini selama 2 jam. Challenge accepted!
Setengah perjalanan pertama, trekking terasa mudah. Hanya saja, rasanya kok napas dikuras oleh panasnya hutan tropis ini. Rasanya udara begitu sumuk padahal baru selesai hujan. Keringat bercucuran dan tenggorokan terasa kering kerontang. Bodohnya, kami tidak bawa botol air minum. Namun berdasarkan peta, akan ada toilet dan tap water di tengah-tengah perjalanan menuju TreeTop Walk.
Begitu sampai di rest area, kami langsung menyedot air dari tap water sebanyak-banyaknya. Gila.. seger banget rasanya! Setelah beristirahat selama 10-15 menit, kami langsung jalan lagi. Setengah jalan menuju TreeTop Walk.
Perjalanan menjadi lebih menanjak di jalur beraspal yang cukup luas. Kemudian diakhiri dengan tangga kayu hanya beberapa meter hingga terlihat pintu masuk menuju TreeTop Walk yang dijaga oleh ‘ranger’. Oh iya, kanopi ini hanya satu jalur. Jadi kamu gak bisa balik arah karena ingin memotong jalan. Jalur trekking sudah di-desain sedemikian rupa.
Rasanya senang bisa sampai juga. Pemandangannya serba hijau dan buat yang takut ketinggian memang bisa buat agak sedikit gemetar pas lewatin tangga soalnya agak labil. Tapi.. saya puas dengan pemandangan di sini. Terlebih di jalur balik, pemandangannya lebih seru dan cantik. Trekking di jalur yang mirip seperti dermaga dan dikelilingi oleh banyak macam pepohonan. Kalau beruntung, kamu bisa menemui fauna-fauna khas Asia.
Meskipun akhirnya kami menyelesaikan trekking tepat dua jam tapi ternyata butuh waktu sekitar 45 menit untuk menuju stasiun Chinatown. Trekking buru-buru yang melelahkan ini ditutup dengan makan-makanan lezat di pasar tradisional Chinatown. Yumm…
Tips berkunjung ke TreeTop Walk — MacRitchie:
- Mulai lebih pagi dan selalu cek cuaca
- Pakai kaos yang nyaman dan menyerap keringat.
- Jangan pakai celana jeans.
- Pakai sepatu yang nyaman. Jangan pakai sendal
- Bawa pakaian ganti, ada kamar mandi kok kalau gak salah.
- Bawa air minum/botol minum
- Jangan beri makan fauna di sana
- Hati-hati dengan monyet. Mereka cukup agresif.
Untuk informasi lebih lengkap tentang TreeTop Walk – MacRitchie, coba deh klik di sini.
Pingback: Menutup 2016 di Benua Baru – TRIP TO TRIP
Tahun lalu udah mau masukin ke list, tp pas nyariin aksesnya kok jauh banget ya… hahaha… dasar saya males… duh apalagi setelah baca ini ada monyet lagi. Kayaknya harus nyiapin sehari khusus kalo mau kesini ya wkwkwkwk…
asal ada yang nemenin mba.. dijamin aman haha
Wah dulu beberapa kali ke sana, ga pernah nyobain treetop walk-nya haha, rasanya kok cakep ya 🙂
cakep vrooohhh
Wah lucu nih jln jln di Singapura tapi ke hutan macam ini. Walaupun Indonesia pasti lebih keren hutannya.. nice trip . . Nti kapan lah klo bisa mampir
hehe di Indonesia hutannya beneran jadi jalannya gak bisa santai. Kalau di sini, jalanannya bagus.