Dari Cusco, saya beranjak ke Puno yang merupakan pintu gerbang menuju Danau Titicaca. Puno sendiri merupakan kota kecil. Ada beberapa atraksi atau tempat-tempat yang bisa dieksplor di sini. Selain kota tua, Puno memiliki akses menuju Uros Floating Islands dan Pulau Taquile yang berada di Danau Titicaca. Dari Cusco menempuh waktu sekitar 5-8 jam. Sementara itu, tersedia juga rute Arequipa-Puno serta destinasi di Bolivia seperti Copacabana dan La Paz.
Bus Malam Cusco ke Puno
Jadi dalam mempersiapkan trip ke Peru, saya sudah memesan semua transportasi di dalam Peru. Sebelum berangkat, saya memesan tiket bus Cruz del Sur dari Busbud. Dari Cusco, kamu bisa naik bus langsung di pool Cruz del Sur. Sebelum naik bus, kamu mesti check in terlebih dahulu dan mereka punya ruang tunggu khususnya.
Bus Cruz del Sur sangatlah saya rekomendasikan. Kadang mereka punya beberapa kelas bus. Kalau kamu ingin naik bus malam, pilihlah yang senyaman mungkin. Harga bus Cusco ke Puno sekitar 25-30 sol. Waktu itu saya naik dari pangkalan bus Cruz del Sur jam 10 malam dan tiba di terminal bus umum Puno sekitar jam 5 kurang.
Harap baca tips mengatasi altitude sickness ya. Soalnya ketika naik bus malam itu, saya gampang mual karena kondisi perut yang sedang tak enak (karena altitude sickness) serta jalanan yang berkelok-kelok. Stok lah Tolak Angin yang banyak, soalnya sangat berguna.
Danau Titicaca
Apakah kamu tahu bahwa Danau Titicaca merupakan danau terbesar di Amerika Selatan? Danau ini luasnya mencapai 8300 km persegi. Area danau ini dimiliki oleh dua negara, sekitar 60% dari danau ini dimiliki oleh Peru dan sisanya dimiliki oleh Bolivia. Danau Titicaca ini merupakan tanahnya orang-orang Quechua, Aymara, Uros, Paceje, dan Paquina. Kenapa Danau Titicaca ini unik? Karena danau ini merupakan salah satu danau tertinggi di dunia, yaitu berada di ketinggian 3821 meter di atas permukaan laut.
Tips! Jika kamu tak memiliki banyak waktu, kamu bisa ikutan tur Danau Titicaca yang menjual destinasi Pulau Apung Uros dan Danau Taquile. Tur ini juga menawarkan jalan-jalan di kota tua Puno yang tak terlalu besar. Biasanya tur dimulai pagi hari dan berakhir sore hari. Jadi jika kamu cukup gila, ketika tiba di Puno pada pagi hari, kamu bisa langsung daftar paket wisata tersebut. Lalu malamnya bisa langsung naik bus lagi ke kota lainnya.
Waktu itu saya menginap satu malam di Puno, tepatnya di Pulau Apung Uros. Berhubung tiba di Puno pada pagi buta, akhirnya untuk memanfaatkan waktu di Puno, saya ikutan paket tur Danau Titicaca yang isinya eksplor Pulau Apung Uros dan juga Danau Taquile.
Eksplor Pulau Taquile di Danau Titicaca
Pulau Taquile merupakan pulau terluar Peru. Dari pulau ini, kamu bisa melihat daratan Bolivia di sisi lain Danau Titicaca. Pulau Taquile ini cukup terkenal sebagai destinasi budaya. Mengapa? Pulau Taquile disebut-sebut sebagai salah satu tempat terakhir di mana tradisi suku quechua masih dilestarikan. Jika kamu mencari tekstil khas suku quechua yang terbuat dari bulu alpaca muda, maka Pulau Taquile adalah tempat yang tepat.
Saya sendiri tertarik untuk mampir ke pulau ini karena lokasinya yang terpencil. Selain itu, berpetualang di Danau Titicaca terdengar sangatlah keren. Pulau Taquile berjarak 45 km dari kota Puno. Perjalanan dengan speedboat bisa ditempuh dengan waktu sekitar 2,5 jam. Dari Puno, kelompok tur yang saya ikuti berhenti dulu di Pulau Apung Uros, akan saya ceritakan setelah ini.
Speedboat yang saya tumpangi mengangkut sekitar 10 peserta tur, satu pemandu, dan dua kru kapal kalau tidak salah. Berhubung saya tidak mendapatkan tidur yang cukup, sepanjang perjalanan di dalam kapal saya tidur pulas meskipun guncangan di dalam kapal sangatlah terasa.
Hati-hati dengan altitude sickness. Pulau Taquile berada di ketinggian 3950 mdpl dengan titik tertinggi di pulau ini mencapai 4050 mdpl. Selalu siap sedia obat yang bisa membantu kamu menangani altitude sickness. Misalnya obat mual/masuk angin dan obat pereda pusing. Bawa juga air minum agar tidak dehidrasi. Pokoknya jagan memaksakan diri jika dirasa kamu tidak sanggup. Udara di Danau Titicaca bisa terasa dingin di siang bolong. Fakta lainnya adalah cahaya matahari juga bisa begitu kencang, jadi pastikan kamu memakai sunblock agar kulit kamu tidak terbakar. Pakai juga kacamata hitam ya karena meski tak begitu terasa namun mata juga bisa terbakar oleh matahari.
Di dalam kelompok tur ini, hanya saya sajalah yang tak bisa berbahasa Spanyol, jadi guide nya mesti menjelaskan dua kali, bahasa Spanyol dan Inggris. Ketika sampai di Pulau Taquile, kelompok tur digiring menuju rumah makan. Jadi paket tur ini sudah termasuk makan siang. Menunya waktu itu bisa pilih antara vegetarian atau ikan (ikan trout panggang). Saya pilih menu ikan tentunya. Seru juga bisa merasakan produk lokal. Selain makan siang, acara siang itu juga diisi oleh penjelasan guide mengenai Pulau Taquile ini.
Jadi Pulau Taquile menjadi cagar budaya suku Quechua. Orang-orang quechua ini datang pada ribuan tahun lalu kemudian menetap di pulau ini dan masih memelihara budaya khas Quechua. Warga lokal di Taquile menyebut diri mereka sebagai Taquileños. Berhubung lokasi pulau yang terpencil, memungkinkan Taquileños untuk memelihara budaya Quechua hingga sekarang. Penduduk di pulau ini ada sekitar 2000 orang dan mereka masih berbicara dalam bahasa Quechua.
Apa sih keunikannya? Waktu itu guide nya menjelaskan mengenai beragam tata krama yang masih dilakukan oleh orang lokal di Pulau Taquile ini. Salah satu hal yang menarik adalah budaya tinggal bersama sebelum menikah. Pulau Taquile terkenal dengan kesenian tekstilnya dan yang membuatnya berbeda, para pengrajin tekstil di Taquile ini adalah para laki-laki. Ada budaya di sini, di mana laki-laki yang ingin menikahi seorang gadis di Taquile maka dia harus memiliki keahlian merajjt dan harus membuat topi yang baik. Kemudian laki-laki Taquileños harus memasukkan air ke dalam topi tersebut, jika topi tersebut tidak bocor maka dia memiliki izin untuk menikahi gadis tersebut. Gadis yang ingin menikah tersebut juga harus membuat dua ikat pinggang spesial untuk sang lelaki, salah satunya dibuat dengan rambut sang gadis tersebut. Kemudian pasangan ini harus tinggal bersama terlebih dahulu sekitar dua tahun sebelum mereka akhirnya diizinkan untuk menikah. Jika kamu berpikir kalau tinggal bersama sebelum menikah itu adalah budaya ‘barat’ maka fakta bahwa budaya tersebut sudah dijalankan oleh masyarakat lokal sebelum orang-orang kota mengaplikasikannya.
Budaya tekstil khas Pulau Taquile ini bisa kamu rasakan di setiap sudut pulau. Di jalan kamu akan berpapasan dengan warga lokal yang menyiapkan benang (yang terbuat dari bulu alpaca), menganyam/merajut, dan menjajakan dagangan rajutannya. Jika kamu mau belanja kain khas warga lokal yang lebih terpercaya, kamu bisa main ke Plaza de Taquile.
Saya membeli topi kupluk yang terbuat dari bulu alpaca asli. Tau aslinya dari mana? Dari tekstur dan baunya. Mungkin baunya tidak terlalu kuat jika kering namun uniknya, ketika saya mencuci kupluk tersebut sesampainya di rumah, kupluk tersebut memiliki bau yang sangat kuat. Baunya mirip seperti bau kambing! Euhh.. namun bau tersebut akan hilang jika kupluknya sudah kering.
Di Plaza de Taquile juga tersedia stamp khusus Lago Titicaca yang bisa kamu bubuhkan di paspor atau di notebook kamu. Biasanya kalau tidak salah 2 sol. Kamu juga bisa menonton warga lokal mengerjakan kain tersebut. Dari plaza tersebut, kamu juga bisa melihat Danau Titicaca di sekeliling dan Bolivia di seberang danau.
Tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk mengeksplor Pulau Taquile. Sekitar 2 jam di pulau tersebut rasanya cukup. Kami sekelompok langsung kembali ke kapal. Perjalanan kembali ke Puno ditemani dengan matahari yang semakin menurun. Akhirnya kami tiba di pelabuhan Puno sekitar hampir pukul 6 sore.