Lompat ke konten

Panduan Jalan-jalan di Lima, Peru

Untuk mengenal kota yang berada di belahan bumi yang lain dari Indonesia ini, saya akan membuat panduan jalan-jalan di Lima, Peru. Kota ini punya nama yang cukup familiar buat kita orang Indonesia. Ternyata nama Lima bukan berarti angka 5, melainkan ‘Kota Para Raja’. Ada sejarah panjang mengenai kota Lima. Kota ini berdiri pada tahun 1535 oleh orang Spanyol, Francisco Pizarro. Memasukkan kota Lima ke dalam itinerary perjalanan kamu selama di Peru merupakan hal wajib. Ada banyak hal yang bisa dieksplor, mulai dari bangunan-bangunan kolonial, kuliner sedap, cantiknya landscape pesisir Peru, dan kehidupan malam, jika memang kamu tertarik.

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Lima, Peru, saya langsung teringat Jakarta dan Manila. Saya berasa pulang kampung dan kembali merasakan hangatnya mentari. Begitu meninggalkan airport dengan taksi, kamu akan melihat jalanan yang semrawut, berdebu, dan gedung-gedung pertokoan di kiri-kanan jalan.

Seperti yang saya bilang di atas bahwa Lima mengingatkan saya kepada Jakarta, dan bahkan lebih mirip Manila. Kenapa? Selain suhu udara, Lima memiliki banyak peninggalan bangunan kolonial. Orang-orangnya santai. Pokoknya tidak banyak aturan seperti di US.

Untuk lebih mengenal Lima, saya coba memberikan sedikit gambaran di sini. Metropolitan Lima merupakan kawasan metropolis yang berpopulasi sekitar 8 jutaan orang. Agar penggambaran lebih mudah, saya akan coba membandingkannya dengan kota Jakarta atau Jabodetabek ya!

Cara Menuju Lima, Peru

Saat akan menarat di Jorge Chaves International Airport

Selain sebagai ibukota, Lima merupakan pusat bisnis dan pintu gerbang menuju Peru. Bandar Udara Internasional Jorge Chaves terhubung dengan mayoritas kota-kota besar di Amerika Selatan. Lima juga terhubung langsung dengan kota-kota di Amerika Serikat dan Eropa, misalnya Miami, Los Angeles, New York, Amsterdam, Madrid, Paris, Toronto, dan banyak lagi.

Saya sendiri terbang menuju Lima dengan AeroMexico, penerbangan Seattle – Mexico City – Lima. Buat Anda yang ingin terbang ke Lima dari Jakarta, bisa dilihat di postingan saya tentang itinerary dan panduan jalan-jalan ke Peru.

Ada banyak pilihan budget airlines yang menghubungkan Lima dengan kota-kota eksotis di Amerika Selatan, misalnya Sky Airlines yang punya tarif cukup terjangkau menuju Santiago de Chile.

Buat kamu yang mungkin merencanakan traveling dari negara Amerika Selatan, Lima bisa dituju dengan bus dari Quito di Equador dan juga Santiago de Chile. Bahkan, saya pernah menonton dokumenter DW tentang bus (Cruz del Sur kalau tidak salah) yang mencoba untuk membuka rute dari Rio de Janeiro di Brazil menuju Lima!

Bandar Udara Internasional Jorge Chaves memang tidak terlalu besar namun cukup nyaman buat kamu yang mesti menunggu penerbangan. Di bandara ini tentu terdapat restauran, kafe, dan toko souvenir. Selain itu, ada juga kantor pos sehingga kamu bisa mengirimkan postcard di akhir perjalanan kamu.

Cara Menuju Kota dari Bandar Udara Internasional Jorge Chavez

Taksi — Menurut saya, ini adalah cara termudah untuk akses dari dan ke bandara. Perlu diketahui bahwa mayoritas (atau semua) taksi di Peru itu tidak memakai argo, jadi tarifnya sudah pasti atau bisa juga di-‘getok’ oleh supirnya. Untuk taksi dari bandara, ada beberapa taksi yang direkomendasikan atau terpercaya. Taksi tersebut adalah Green Taxi, CMV, dan Mitsui Taxi Remisse. Saya hanya pernah mencoba Green Taxi. Mereka punya ‘booth’ di terminal kedatangan. Booth taksi-taksi ini tersedia di dekat pintu keluar terminal kedatangan atau tepatnya setelah kamu melewati petugas custom.

Berhubung saya belum memiliki uang Peruvian Soles, saya memutuskan untuk keluar terminal kedatangan dan pergi mencari ATM di kawasan terminal keberangkatan. Kemudian baru lah saya kembali ke terminal kedatangan untuk mencari taksi. Ada banyak supir taksi berseragam kemeja putih dengan name-tag yang bertuliskan ‘Green Taxi’. Dari situ, saya mendapatkan driver dan oleh dia, saya dikirim ke booth Green Taxi untuk membeli tiket. Tujuan saya waktu itu ke Centro District. Berikut ini tarif taksi dari Bandar Udara Internasional Jorge Chaves:

Centro District: 55 soles

Miraflores: 60 soles

Barranco: 60 soles

Perjalanan dari bandara ke Centro District sekitar 30-40 menit, untuk ke Miraflores dan Barranco sekitar 40-60 menit. Bagaimana dengan Uber? Saya pernah ingin mencoba, sudah download dan register nomor lokal namun tidak ada driver yang menjemput saya. Mungkin karena tahu bahwa saya adalah orang asing?

Airport Shuttle/Bus — atau Airport Express Lima merupakan satu-satunya shuttle yang menghubungkan Lima ke bandara. Saya pernah coba bus ini karena saya akan terbang malam dan tidak terlalu buru-buru. Kamu bisa membeli tiket bus ini di website resmi Airport Express Lima atau bisa juga membayar langsung ketika naik. Harga tiket bus ini adalah 8 USD sekali jalan dan 15 USD untuk pulang-pergi. Kamu juga bisa bayar dengan soles namun mungkin harganya bisa berubah sesuai kurs nilai tukar.

Apakah bus ini nyaman? Yes! Sama seperti DAMRI di Jakarta. Mereka punya Wi-Fi dan colokan. Menurut saya bus ini cocok buat kamu yang mau menghemat karena bepergian sendirian, tapi kalau kamu berdua – berempat, menurut saya sih taksi lebih murah. Sayangnya bus ini hanya berhenti di sekitar kawasan Miraflores. Ada 7 pemberhentian bus, kebanyakan adalah hotel-hotel. Waktu itu saya naik dari Larcomar, sebuah mall yang terletak di Miraflores. Memang tidak ada stasiun atau halte khusus bus airport ini, makanya saya agak panik takut ketinggalan waktu menunggu bus ini.

Transportasi lain — Kalau baca-baca di internet, ada beberapa alternatif seperti bus dari luar bandara menuju kota namun menurut saya cara itu tidak direkomendasikan. Kenapa? Ternyata kawasan bandara di Lima ini merupakan kawasan paling berbahaya di Lima, jadi lebih baik cari aman (dan nyaman) nya saja, ya kan?

Pemetaan Kota Lima

___________________________________________

Ilustrasi Peta Lima, Peru

___________________________________________

Lima merupakan kawasan metropolitan. Tentu ada kawasan komersial, turis, dan kota tua. Menurut saya, cukup mirip dengan Jakarta. Di sini saya coba untuk sedikit menceritakan atau memberi gambaran tentang beberapa distrik yang pernah saya datangi atau yang saya tahu ya.

Central — Bisa dibilang sebagai ‘downtown’ nya Lima. Distrik Central ini meliputi area Centro Historico (semacam Kota Tua), Barrios Altos, Barrio Chino (Chinatown), dan Santa Beatriz. Intinya buat kamu yang pecinta sejarah, distrik ini adalah kawasan yang cocok untuk kamu jelajahi. Saya sempat menginap semalam di sini, tepatnya malam pertama saya di Lima. Jadi begitu tiba di Lima, saya langsung merasakan pusat sejarah Lima. Menurut saya kawasan ini cukup mirip dengan kawasan Kota Tua dan Glodok. Kalau kata Firsta, kawasan ini tidak terlalu aman di kala malam. Kenapa? Karena Central merupakan kawasan kantor-kantor pemerintahan dan di kala malam, cukup sepi dan tidak terlalu banyak petugas keamanan.

Barranco — Kalau yang satu ini, favorit saya! Barranco didedikasikan sebagai distrik seni dan budaya. Kawasan ini dekat dengan pesisir sehingga kamu juga bisa main-main ke pantai, meskipun pantainya tidak begitu menarik. Distrik ini cukup ‘nyeni’ karena kamu bisa menemukan banyak mural-mural yang Instagramable. Selain itu yang jadi favorit saya, tempat ini punya buanyaaak tempat nongkrong. Mungkin kalau di Jakarta, mirip seperti kawasan Cipete – Kemang – Senopati. Kisaran harga restoran di sini pun beragam kok, jadi gak perlu makan fancy karena di tempat dengan budget yang lebih terjangkau pun, kamu bisa mendapatkan makanan enak. Ketika saya ingin menginap di Miraflores, Firsta justru menyarankan saya untuk menginap di Barranco karena relatif lebih murah dan banyak pilihan. Benar saja, ada banyak AirBnB di sini dengan harga yang lebih murah. Waktu itu saya mendapatkan AirBnB sekitar 17 USD/malam.

Miraflores — Jika ditanya “Kalau kamu pindah ke Lima, kamu mau tinggal di mana?” mungkin saya akan menjawab “Miraflores!”. Kawasan ini bisa dibilang sebagai Central Business District. Ada banyak taman, kebun, bangunan apartemen yang tinggi, hotel, restaurant, pertokoan/mall. Kawasan ini memang strategis buat kamu yang tinggal atau sedang jalan-jalan di Lima. Mungkin kamu gak hobi belanja, tapi sekedar window shopping mungkin akan menghibur. Selain itu, kamu juga bisa bertemu banyak warga lokal dan melihat aktivitas mereka. Tempat ini seru untuk ‘people-watching’. Menurut saya distrik ini seperti kawasan Thamrin-Sudirman di Jakarta. Selain ada banyak tempat fancy, Miraflores juga punya tempat-tempat makan atau nongkrong yang cukup terjangkau dan lebih santai (mungkin mirip dengan tempat-tempat di Jalan Benhil atau Sabang).

San Isidro — Kalau yang ini mirip dengan kawasan Menteng – Kuningan – Tebet di Jakarta. Kenapa? San Isidro merupakan tempat kedutaan besar, pusat kebudayaan, dan tempat tinggal duta-duta besar. Saya pernah berjalan kaki dari Miraflores ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di San Isidro. Di situ, saya melewati perumahan mewah yang adem, asri, dan damai. Menurut saya kawasan ini cukup aman. Selain itu, selebihnya, kawasan ini juga punya banyak perkantoran dan pusat bisnis seperti mall.

Di luar distrik-distrik di atas, ada distrik lain seperti Cercado de Lima, La Molina, San Borja, Santiago de Surco, Jesus Maria, Javier Prado East & West. Saya belum berkesempatan untuk menjelajahi distrik-distrik di atas karena keterbatasan waktu. Selain itu, rasanya butuh cukup riset untuk tahu distrik mana yang aman untuk dikunjungi.

Transportasi di Lima

Salah satu elemen penting selama bepergian adalah transportasinya. Sebagai kota terbesar di Peru, Lima punya beberapa moda transportasi.

Taksi — Kalau kalian bepergian dengan beberapa orang, menurut saya taksi adalah pilihan yang aman dan nyaman. Ya.. memang taksi di Lima (atau Peru) tidak memiliki argo, untuk itu, kamu mesti deal-dealan terlebih dahulu sebelum naik. Atau.. saya punya cara untuk tahu tarif taksi dengan harga lokal. Kamu bisa cek tarif Uber di https://www.uber.com/fare-estimate/. Masukkan tempat naik dan destinasi, maka kamu akan mendapatkan perkiraan tarifnya. Ikuti aja tarif tersebut, 75-90% sih supir taksinya gak protes.

Metropolitano — Yang satu ini mirip seperti busway TransJakarta. Mereka punya rute yang pasti dan stasiun/terminal pemberhentian serta jalur khusus. Saya sendiri belum pernah mencobanya namun menurut saya moda ini cukup aman dan nyaman. Kalau gak salah, kamu mesti punya kartu khusus yang tentunya bisa dibeli di stasiun-stasiun bus besar.

Bus — Yang satu ini lebih seperti PATAS atau Metomini/Kopaja di Jakarta. Saya menggunakan moda transportasi ini ketika tinggal di kawasan Barranco. Di badan bus akan tertulis destinasi-destinasinya. Tarifnya? Murah banget! Misal naik taksi dari Larcomar ke Barranco itu sekitar 15 soles, naik bus hanya 1 soles saja. Bahkan kadang hanya 0.50 soles! Tarifnya memang agak membingungkan, tapi kamu tidak akan membayar lebih dari 2 soles kok! Kalau kamu tidak berbahasa Spanyol seperti saya, coba saja kasih 1 soles ke drivernya sambil bilang tujuan kamu. 1 soles kamu akan diterima dan kamu akan diberikan selembar tiket. Bus-bus ini punya pemberhentian khusus kok, namun memang tidak ada haltenya, hanya ada plang ‘Bus Stop’. Jadi lebih teratur.

Untuk mempermudah transportasi dengan bus di Lima, coba deh download aplikasi Moovit. Saya coba pakai dan lumayan membantu karena ada rute bus, titik pemberhentian, dan jadwal bus.

Metro de Lima — Ternyata Lima juga punya moda transportasi sejenis Commuter Line. Saya belum mencobanya sih karena memang hanya tersedia satu jalur saja. Dikenal juga sebagai Tren Electrico. Terdapat 26 stasiun di 11 distrik. Tarifnya 1,50 soles. Kamu mesti punya kartu khusus untuk bisa menggunakan moda ini.

Kuliner di Lima

Wah.. ngomongin kuliner di Lima bisa membuat saya lapar. Sebelum jalan-jalan di Lima, saya sudah mendengar banyak hal tentang kuliner di Lima. Kota ini merupakan “Ibukota Gastronomi di Amerika”. Bagaimana tidak, Lima memiliki 4 dari 50 Restoran Terbaik di Dunia. Hanya ada segelintir kota yang memiliki koleksi restoran terbaik dunia sebanyak Lima, misalnya NYC, Tokyo, Paris, dan Mexico City. Ya.. meskipun restoran-restoran tersebut termasuk yang hi-end, namun setelah riset, ternyata harga menu makanan di restoran tersebut jauh lebih terjangkau ketimbang di kota-kota lain di dunia.

Jika kamu nonton Chef Table di Netflix, ada episode yang membahas tentang Virgilio Martinez, chef dan pemilik dari restoran Central di Lima, peringkat 4 dari 50 Restoran Terbaik Dunia. Selain dibutuhkan reservasi, makan di tempatnya hanya sekitar US$ 100 – 150.

Oke, mari kembali ke kuliner di Lima. Tak hanya restoran hi-end, ada banyak tempat makan pinggir jalan atau restaurant cantik seperti di Bandung yang juga punya makanan lezat dan harga yang lebih terjangkau. Nanti saya kasih rekomendasi tempat-tempat yang saya datangi.

Ceviche

Satu yang perlu dicoba saat jalan-jalan di Lima, yaitu ceviche! Apa itu ceviche? Makanan yang satu ini merupakan makanan nasional Peru. Merupakan makanan laut seperti ikan, udang, bahkan oktopus, yang masih mentah dan harus segar, kemudian direndam (marinated) dalam kuah asam, biasanya dengan air jeruk lemon. Keasaman inilah yang kemudian ‘memasak’ ikan/makanan laut tersebut. Hasilnya? ikan atau makanan laut tersebut jadi lebih renyah dan tidak terasa amis.

Sebenarnya di Indonesia juga punya loh makanan tradisional sejenis ceviche ini. Saya pernah coba ketika tinggal di Jailolo, Halmahera Barat. Nama makanan Indonesia yang mirip dengan ceviche tersebut adalah Gohu Ikan. Tekniknya hampir sama kok. Rasanya juga mirip-mirip.

Jadi saya benar-benar menyimpan agenda untuk makan ceviche di akhir-akhir perjalanan saya. Saya khususkan untuk makan ceviche di Lima karena logisnya, Lima dekat dengan laut dan pusat bisnis, jadi hal-hal terbaik bisa didapatkan di sini.

Di mana makan ceviche? Saya ikut kata mayoritas aja. Saya coba tempat makan ceviche yang cukup terkenal yaitu di Punto Azul. Restoran yang satu ini sepertinya sudah menjadi institusi di Lima. Lokasinya di Miraflores. Waktu itu saya sampai berjalan kaki loh dari Barranco ke Punto Azul. Sekalian jalan-jalan dan juga biar cepat lapar haha. Bagaimana ceviche di Punto Azul? Jadi mereka punya signature dish, ceviche khas Punto Azul. Ya saya coba aja. Pilihnya yang mix, jadi selain ikan, ada udang dan oktopus. Saya sangat suka oktopusnya, meskipun ternyata itu oktopus mentah. Kuahnya? Pedas-pedas asam gitu, mirip dengan asinan namun lebih pekat. Sangat saya rekomendasikan tapi mungkin lebih enak makannya sharing dengan yang lain karena menu lainnya juga terlihat enak.

Selain ceviche, Lima atau Peru juga punya Chifas. Apa itu chifas? Ya.. chifas adalah Chinese restaurant! Kok bisa ada chifas? Jadi ternyata di Peru ada banyak imigran dari Tiongkok dan bahkan Jepang. Maka terjadilah percampuran budaya yang dihasilkan melalui kuliner. Saya coba sih chifas di Lima namun di restoran pinggir jalan di Central Disctrict. Rasanya ya seperti standar Chinese restaurant, harganya murah, porsinya luar biasa banyak. Ada satu Chinese restaurant yang terkenal di Lima namanya Chez Wong. Saya tau tempat ini dari Parts Unknown-nya Anthony Bourdain. Sudah masuk dalam list saya di Lima, namun setelah survey dan baca-baca Tripadvisor, ternyata tempat ini muahal banget haha.

Tempat makan dan kafe yang saya datangi selama jalan-jalan di Lima:

 

SIBARIS Cocina Libre — Sangat recommended! Staf nya baik banget, ngajak ngobrol saya dan sangat membantu. Makanannya? Enak! Kebetulan lokasinya di seberang AirBnB yang saya inapi. Saya selalu sarapan di sini, lebih tepatnya brunch karena waktu itu akhir pekan.

Wingman — Baru sampai di Lima, saya ngidam wings dan makanan pedas. Akhirnya coba ini. Tempatnya kecil tapi cukup nyaman. Pelayannya tidak terlalu bisa bahasa Inggris tapi gak masalah. Saya pesan wings mereka dengan saos yang paling pedas. Eh mba-mbanya malah ketawa dan bilang “Muyyy picante!!”. Beneran aja.. pedes banget. Tapi enak!

La Casa del Ceviche — Judulnya ceviche tapi mereka punya banyak menu seafood. Baca menunya aja bikin saya ngiler. Tempatnya sangat casual dan ada TV untuk nobar sepak bola. Saya coba cumi goreng tepungnya dan nasi goreng seafood. Gila.. enak-enak semua!

Restaurante Tochy’s — Hampir lupa sama yang satu ini. Lokasinya di seberang Plaza San Martin. Waktu itu lagi jalan-jalan pagi terus pengen cobain sarapan khas Peru. Mampir di sini. Pelayannya baik banget. Melnunya meliputi sarapan khas Peru yaitu sandwich. Not so special but ok to make a stop.

Punto Azul — Ya tadi sudah saya ceritakan. Secara keseluruhan sih oke-oke saja namun saya kurang suka sama pelayanannya.

Chifa Dragon Dorado — Lokasinya di dekat hostel saya. Sudah saya ceritakan di atas. Kurang spesial.

Tempat Menginap di Lima

Tempat menginap di Lima untuk wisatawan banyak dijumpai di distrik Central, Miraflores, San Isidro, dan Barranco. Lokasi penginapan sangat menentukan tempat gaul kamu. Selain itu, menurut saya, lokasi penginapan di Lima sangatlah penting karena terkait dengan masalah transportasi/mobilitas.

Saya pernah coba menginap di kawasan Central, yaitu di Hostel Backpacker 1901. Hostel ini memakai bangunan tua yang disulap menjadi fotojenik dan layak huni. Bagus, murah, lokasi strategis, tapi … hostel ini sangatlah berisik. Oke, maksudnya bukan hostelnya ya yang berisik, tapi ketika saya menginap di sini, saya gak bisa tidur karena (selain jetlag) juga lokasinya dekat jalan raya. Udah gitu, jendela kamar yang segede gaban itu pun terbuka karena kalau gak dibuka akan panas. Mungkin saya nya aja yang apes, tapi kalau mau cari penginapan di kawasan Central, pastikan review-nya bagus dan tidak ada keluhan soal berisik ya. Keuntungan menginap di distrik Central adalah dekat dengan kawasan wisata kota tua.

Mungkin pilihan paling strategis untuk lokasi penginapan adalah di kawasan Miraflores dan Barranco. Saya lebih memilih Barranco karena mungkin pilihan penginapan murah lebih banyak ketimbang Miraflores. Kalau kamu mau mencari penginapan mewah atau hotel berbintang 4 atau 5, pastinya bisa dijumpai di Miraflores. Sementara itu, di Barranco ada banyak pilihan guesthouse di AirBnB.

Bagaimana Orang-orang di Lima?

Kota Lima memang cukup berantakan dan ramai seperti di Jakarta namun seramai apapun sebuah kota kalau orang-orangnya asik dan bersahabat rasanya akan selalu menyenangkan, ya kan? Menurut saya orang-orang di Lima cukup bersahabat. Yang saya suka, gaya hidup mereka sangatlah santai.

Di Lima ada banyak taman dan kamu bisa menjumpai warga lokal yang santai bahkan sambil tidur-tiduran di taman tersebut. Selain itu, warga Lima, terlebih anak mudanya, sangat menyukai ciuman dan public displays of affection! hahaha Nunggu bus, ciuman. Nunggu nyebrang, ciuman. Hangout di mall, ciuman. Di taman, ciuman. Saya sih senang-senang aja lihatnya. There’s so much love in Lima rather than hate, I guess?

Untuk tingkat keamanan, mungkin Lima tidak lebih aman ketimbang kota-kota lain di Peru. Sebagai mantan warga Jakarta sih, saya sudah tau dan awas lah. Mungkin tinggal di Jakarta atau kota-kota besar Indonesia lainnya cukup memberikan common sense tentang lingkungan sekitar. Harap selalu waspada aja sih. Selain itu, siapkan juga gembok untuk loker jika kamu mau menginap di hostel karena biasaya mereka punya fasilitas lokel namun tanpa gembok.

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Lima

Jika kamu punya masalah saat jalan-jalan di Lima atau mungkin paspor hilang (amit-amit), kamu bisa datang ke KBRI di Lima. Saya sempat juga numpang lewat, hanya sekedar ingin tahu sih bagaimana wujud KBRI di Lima. Kali-kali kamu mau numpang makan, silakan menuju ke alamat:

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Lima, Peru

Calle Las Flores 334-336 San Isidro, Lima 27, Peru

Telepon: (511) 222-0308, 222-0309, 222-2822

Email: lima@embajadaindonesia.pe & lima.kbri@kemlu.go.id

2 tanggapan pada “Panduan Jalan-jalan di Lima, Peru”

  1. Matius Teguh Nugroho – Bandung – Anak laki-laki yang suka kopi, pergi-pergi, dan kereta api. Yuk ngerumpi :D contact: teguh.nugroho8@gmail.com

    Tiga distrik kota yang pertama lu sebut menarik semua buat dieksplor, Feb. Masing-masing punya daya tariknya sendiri, sih.
    Khas orang Hispanik ya, ramah dan hangat kayak orang-orang Asia.

    Feb, karena tempat-tempat yang lu datangi sebagian besar masih anti mainstream buat orang Indonesia, I highly recommend you to make English posts, atau minimal bilingual posts. Gue menerapkan ini buat tulisan-tulisan Myanmar.

    1. Febry – 🌎

      Iya, Lima bagus deh, mirip Jakarta tapi lebih sedikit orangnya haha

      Maunya sih gitu, nanti mau buat page bahasa Inggris juga. Doakan ya haha soalnya nulis satu bahasa aja jadinya lama banget 🙁

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.