Cerita setiap nanjak ke suatu tempat memang berkesan karena terasa memakan energi lebih. Tapi ternyata, tiada kesan tanpa cerita ‘turun gunung’. Saya merasa pengalaman turun dari Adam’s Peak adalah salah satu yang tak bisa dilupakan. Kenapa?
Entah kenapa, pemandangan dari ketinggian selalu memukau dan breathtaking. Apa mungkin karena kita sebagai manusia merasa berkuasa sekaligus merasa bahwa kita ini kecil banget kalau dibanding dengan bumi? Ahh.. kan, jadi melankolis juga. Jadi setelah menikmati sunrise di Adam’s Peak dan gak berhenti kagum dengan pemandangan dari atas. Akhirnya saya mengikhlaskan diri untuk turun ke kota. Saya pernah baca tips kalau turun terlalu siang itu kurang baik karena hari bisa berubah jadi panas banget, jadi lebih baik selagi udara pagi masih adem, di situ lah waktu terbaik untuk turun. Lagi pula, jangan sampai kesiangan kalau ingin mengejar bus balik ke Hatton. Jadwal kereta cukup terbatas jadi kalau tak kekejar di Hatton, bisa berabe.
Kenapa tidak tinggal satu malam lagi di Dalhousie? Jawabannya simpel, desa ini terlalu sepi dan tak banyak yang bisa dieksplor. Uhm mungkin akan selalu ada yang bisa dieksplor, tentu itu semua pilihan masing-masing orang.
Oke, kembali ke perjalanan balik turun ke kota. Awalnya saya merasa perjalanan balik ke bawah akan berasa lebih sebentar dan pastinya tak bosen dengan pemandangan indah yang ada di sekeliling. Tapi ada yang beda dari perjalanan turun ini.
Baca-baca review dan artikel, dibilang bahwa jumlah anak tangga menuju Adam’s Peak jumlahnya lebih dari 5000. Tentu mendaki gunung dengan anak tangga terdengar… cupu atau culun. Tapi ternyata.. perjalanan pulang ini memiliki jawaban yang lain.
Di awal-awal, tangga begitu curam sehingga kita tak bisa berburu-buru. Ada banyak orang yang juga ikut turun dan tangganya lebih sempit dibanding tangga-tangga di bawah. Alhasil, lutut mesti sering-sering menahan berat tubuh. Belum sejam turun tangga, kaki saya sudah lemas.
Ketika lebar tangga semakin luas dan jumlah orang semakin sedikit, di situ kita bisa turun secara kilat. Jadi teori saya kalau bisa turun cepat sebanyak 10 anak tangga, maka akan menghemat waktu serta tenaga karena gak sering-sering menahan berat di lutut. Tau kan kalau di turunan kita bisa lari bebas? Nah kayak gitu, tapi yang bikin horor kita bisa lihat lembah di bawah dan itu anak tangga.
Sialnya.. ketika lagi asyik turun tangga secara cepat, saya terpeleset dan akhirnya jatuh terguling beberapa anak tangga. Mungkin karena tangga juga basah karena ada toilet di sekitar situ. Euuhhh…
Ada dua orang turis skandinavia yang melihat adegan dramatis tersebut dan mereka langsung menghampiri saya. “Are you okay?”. “haha yeah I guess”. “really?”. “I hope it’s okay. thank you so much”
Saya sudah sempat khawatir kalau kaki akan terkilir dan tidak bisa melanjutkan perjalanan di Sri Lanka yang masih seminggu. Untungnya saya bawa freshcare dan langsung mengoleskannya ke seluruh pergelangan kaki. Setelah itu, saya bisa jalan lagi sambil mencoba membenarkan kaki dengan cara memutar-mutar pergelangan kaki.
Jadi.. tips buat yang mau turun, mesti hati-hati dan bersabar saja. Beneran.. sabar adalah syaratnya haha karena rasanya anak tangga gak habis-habis. Saya saja sampai melupakan indahnya pemandangan di sekitar saking kesalnya dengan anak tangga yang tak habis-habis.
Setelah hampir 2 jam turun, saya tiba pada jalan dengan anak tangga yang cukup jauh jaraknya. Jadi bisa jalan santai dan tenaga tak terlalu dihabiskan oleh banyaknya anak tangga. Ternyata saudara-saudara, pemandangan di bawah itu bagus banget! Semalam saya kan sempat jalan sambil diiringi suara gemericik air. Ternyata di sebelah jalur yang lebarnya hanya 1 meter itu ada jurang! Jurang yang bawahnya langsung sungai berbatu. Di seberang sungai ada kebun teh. Di samping kebun teh ada dinding-dinding batu raksasa. Wah… luar biasa!
Sampai di bawah, saya bertemu dengan turis-turis yang satu kereta dan bus dari Kandy. Saya sempat mendengar percakapan mereka, misalnya “Man.. I don’t know you but usually on the way back from somewhere it’s pretty easy and feel so quick, but not this time!”. “OMG man.. I should agree” timpal teman bicaranya. dan saya HARUS setuju dengan pernyataan turis itu!!
Setibanya di hotel, saya langsung sarapan dan setelahnya mandi air hangat. Kemudian merebahkan diri sejenak. Rasanya kayak di surga meski hotelnya agak kotor. Di hari itu juga, tepatnya jam 1 siang, saya naik bus menuju Hatton untuk kembali ke Kandy.
Perjalanan ke Adam’s Peak ini terasa makin magis. Dalhousie terasa begitu jauh dan perjalanan ke sana seolah-olah adalah sebuah mimpi. I don’t know if I would back to this place, but when you do visiting, please have a joyful journey 🙂
Pingback: Jalan-jalan ke Sri Lanka? Ini Persiapannya! – TRIP TO TRIP
Jadi lebih bagus mana, ada anak atau gak ada ??
Keluarga berencana aza mas
Hadooh salah saya mas, anak tangga mas anak tangga hahaha