Perkereta-apian di India memegang peranan penting sebagai moda transportasi. Seperti yang sudah saya ceritakan di blog post sebelumnya, kereta api menghubungkan hampir seluruh sudut negara anak benua ini. Mungkin dari internet atau media massa, kita sering melihat seberapa ganasnya berkereta di India. Padahal mungkin tak seburuk itu. Pengalaman pertama saya bepergian dengan kereta di India adalah tepat setelah saya tiba di kota Hyderabad. Tak tanggung-tanggung, perjalanan yang harus saya tempuh dari Hyderabad ke Agra adalah 23 jam lebih! Saya sendiri tak terbayang, bagaimana kondisi keretanya, apakah saya akan kuat? Terdengar manja mungkin, namun pengalaman saya berkereta paling lama adalah dari Beijing ke Shanghai selama 15 jam. Untungnya, tak seperti di China, kali ini saya akan menaiki kelas sleeper dan untungnya memiliki AC.
Setelah menaiki taksi gila dari Bandara Internasional Rajiv Gandhi, akhirnya saya dan kedua teman tiba di Hyderabad Deccan station. Ternyata kami kecepatan 1 jam. Sesungguhnya, saya sangatlah paranoid dan cukup tegang kalau mengingat perjalanan panjang ini. Untungnya kali ini saya tak sendiri, setidaknya bisa saling jaga.
Untuk masuk ke stasiun kereta, tak ada pengecekan tiket atau identitas layaknya sistem yang diberlakukan oleh PT KAI. Paling hanya pemeriksaan keamanan saja dan untuk stasiun sekelas Hyderabad Deccan, tidak seketat sewaktu di Delhi. Sayangnya, saya hampir tidak menemukan kursi untuk duduk. Kalau adapun, tempat duduk banyak dipenuhi kotoran burung yang memang banyak bersarang di atap-atap stasiun. Akhirnya, hampir sejam kami berdiri. Seru juga sebenarnya karena kami bisa mengamati aktivitas penduduk lokal. Kebetulan udara pada saat itu lumayan sejuk dan pastinya di bagian utara akan lebih dingin lagi.
Ketika kereta datang, kami langsung mencari gerbong dan nomor kursi yang tertera di tiket. Saya pernah dengar dari teman kalau orang India mirip dengan orang Indonesia soal ketertiban. Akhirnya takut kursi diambil dan nantinya mesti berdebat, akhirnya kami memutuskan untuk langsung naik dan menempati kursi kami. Serunya jalan-jalan bertiga di India itu, kami bisa langsung memesan tiket kereta dengan satu tempat duduk. Untungnya lagi, jika ingin membuka tempat tidur, kami tak perlu berdebat dengan penumpang lainnya.
Tepat sesuai jadwal, kereta mulai bertolak dari stasiun. Layaknya anak kecil yang capek kegirangan, akhirnya saya tertidur pulas dan baru bangun pada siang hari. Selain hari yang sudah terang, satu hal yang membangunkan saya adalah rasa lapar. Tak perlu khawatir! Pada jam-jam tertentu, akan ada seorang pria (pegawai resmi kereta api) yang menerima order makanan. Siang itu kami memesan nasi biryani dengan ayam. Sejauh pengalaman saya, makanan yang dijual resmi oleh kereta ini bisa dibilang aman. Saya sih sehat-sehat saja selama di sana. Makanannya juga enak. Harga paket nasi biryani + ayam + roti prata + yogurt + minum adalah 175 rupee. Sangat terjangkau dan masuk akal untuk sebuah harga di kereta.
Dalam jalur Andhra Pradesh ini, kereta berhenti beberapa kali. Beberapa di antaranya hanya berhenti sebentar (1-3 menit) namun beberapa perhentian sekitar 10-15 menit. Pada perhentian yang cukup lama itu, saya bisa jalan-jalan keluar kereta. Di peron-peron stasiun tersebut, ada beberapa pedagang yang menjual dagangannya. Tak terlihat bangunan tinggi di sekitar stasiun tersebut, hanya savana dan stepa.
Satu hal yang saya sukai dalam perjalanan panjang di kereta ini adalah ketika hari memasuki senja. Saya pergi ke ruang antar gerbong dan membuka pintu. Dari sana saya bisa menikmati udara sejuk sore hari, tentu dengan pemandangan senja yang menenangkan. Hari telah berjalan setengahnya, saya cukup tenang dan senang dengan perjalanan ini.
Uhm.. namun ada satu kejadian. Jadi di setiap tempat duduk hanya ada satu colokan. Kebetulan baterai kamera GoPro saya mau habis dan saya tak mau ketinggalan momen di Agra nanti. Akhirnya saya charge di kursi depan saya. Sesekali saya melihat kamera mungil yang tergantung di dinding kereta. Suatu ketika, kamera saya hilang. Dang!!! Saya panik. Saya bertanya kepada seorang pria yang sedang tiduran di kursi tersebut. Dia geleng-geleng kepala. “Ah mungkin jatuh ke kolong” pikir saya positif. Akhirnya saya bongkar-bongkar ke bawah kolong tapi tak ada. Suatu saat si pria tersebut meninggalkan tempat duduknya. Dan ya…… kamera GoPro saya nyempil di bawah bantalnya! Sudah dapat dipastikan, kamera tersebut dia curi dan sembunyikan.
Saya juga banyak mendengar para pelancong yang barangnya diambil saat tertidur di kereta. Ini memang mesti hati-hati. Meskipun kami bertiga, namun pastikan menjaga barang bawaan masing-masing. Ya namanya orang tidur kan.. kalau sudah pules pasti gak nyadar situasi di luar. Untuk mengakalinya, saya masukkan semua barang berharga di satu tote bag dan saya masukkan ke dalam jaket yang saya pakai saat tidur. Saya peluk erat-erat. Anggap saja bantal guling.
Meskipun tak banyak berkegiatan namun suasana di kereta dan capek menunggu bisa bikin tidur pulas dan lelap. Pagi sekali, ada suara bapak-bapak yang membangunkan. Dia memberi tahu bahwa sedikit lagi kereta tiba di Agra. Akhirnya kami bersiap-siap dan mulai packing kembali. Setengah jam kemudian, perjalanan panjang dengan Andhra Pradesh Express ini berakhir.
Perjalanan 1300 km dengan waktu tempuh 23 jam ini seperti membuka gerbang baru dalam perjalanan di India. “Okay, here we come! perjalanan dimulai di sini!” ucap saya dalam hati.
Kalau kereta Indonesia udah rapi sih, tapi masih belum ada yang gerbong penumpang untuk tidur, kayaknya seru kalo ada gerbong tidur hahaha
Iya setuju! Lumayan kan kalau kereta malam jakarta – jogja atau surabaya
astagaaa lu naik kereta 22 jaamm :(( *gue lambai-lambai dari jendela dan langsung menyerah rasanya*
gila yah feeb, berarti meskipun bertiga, musti gantian tidur biar saling jaga barang, bikin shifting tidur gitu, serem bener sikk sampe ada yg nyuri-nyuri, eh tapi di sini juga suka gitu sih kalo kereta jauh di Jawa musti ati-ati kata temen aku
Iya Mei, di manapun kayaknya mesti hati-hati deh.. hehe
Untung masi rejeki lo yee gopro aman! Haduh.
Beeeh untuk iti go pro nya ketemu ya. Saya juga sering tuh baca-baca kalau orang India rese lah, makanannya lebih parah dari Indonesia kah, etapi emang bener kayak gitu apa ada oknum-oknum doang sih bang? Hehe