“Moshi-moshi. Hey this is Febry. Where are you?”
“Hey, I am in Kintetsu Nara Station. Where are you exactly?”
“I am in the public phone, near the bus stop. Do you know where is it?”
“Oh ya, okay, I’ll be there.”
“Ok. See you”
Percakapan singkat saya dengan Yusuke di telepon. Asiknya jalan-jalan di Jepang, kita akan dimudahkan untuk berkomunikasi. Meskipun tak tersedia di setiap sudut, setidaknya telepon umum tersedia di tempat-tempat penting seperti stasiun. Kami memang janjian di Kintetsu Nara Station jam 5 sore namun tidak menentukan meeting point-nya. Tak lama dari menutup telepon, saya melihat batang hidung Yusuke dan seorang temannya.
“Hey…. Febry” sapa dia hangat dengan senyumnya yang lebar. Saat itu dia memakai kemeja putih dan celana hitam, seperti seragam sekolah, dengan tas gaul a la remaja Jepang. Penampilannya sangat jauh berbeda dengan saat pertama kali saya bertemu dia di Khaosan Road, Bangkok, 2012 lalu. Kemudian saya juga dikenalkan dengan sahabatnya yaitu Taku. Mereka berdua seumuran dengan saya, kelahiran 91. Saat itu Yusuke telah menyelesaikan kuliah namun masih menunggu wisuda di bulan Maret 2014. Yusuke mengundang sahabatnya Taku untuk bergabung karena Yusuke hanya bisa sebentar menemani saya. Jadi setelah jam 7 nanti, Taku akan gantian mengajak saya keliling kota Nara.
Yusuke adalah pemuda Jepang yang setahun lalu satu dormitory dengan saya. Kami makan malam bareng dan saling bertukar cerita. Setahun sebelumnya, kalau boleh dibilang, bahasa Inggrisnya ancur banget namun sekarang sudah sedikit lebih baik. Sementara Taku, memiliki kemampuan berbahasa Inggris lebih jago. Maklum, dia intensif kursus bahasa Inggris. Saya rasa bertemu dengan turis seperti saya ini jadi kesempatan dia untuk bisa ngobrol bahasa Inggris.
Dari Kintetsu Nara Station, kami berjalan masuk ke Nara Park. Hari sudah mulai gelap dan rasanya sudah banyak tempat yang tutup. Kami hanya sempat berkunjung ke Kofukuji. Di sana banyak sekali anak-anak sekolah. Seru ya, sepulang sekolah hang out-nya ke kuil, bukan ke mall :p Meskipun tak banyak yang dilihat namun kita bisa merasakan atmosfir yang begitu menenangkan.
Waktu terasa cepat berlalu, Yusuke harus pamitan untuk menghadiri acara perpisahan seniornya. Sementara itu, saya dibawa Taku ke stasiun Nara Ikoma. Kebetulan rumahnya hanya selemparan batu dari stasiun itu. Ini pertama kalinya saya masuk ke rumah orang Jepang. Kebetulan, mungkin karena memang di kota, jadi tak berbeda jauh dengan rumah-rumah di Indonesia. Saya bertemu dengan ibunya Taku. Dia sempat bertanya mengenai bahasa Inggris anaknya. Tak banyak obrolan karena memang keterbatasan bahasa.
Dari rumah Taku kami meluncur ke AEON Mall di Nara. Entah saya bingung kenapa dia mengajak saya ke mall, katanya sih mau mengajak saya main di amusement. Ketika sampai, kami langsung masuk ke wahana permainan. Sebelumnya saya juga pernah masuk ke wahana/amusement di Dotombori, Osaka. Kali ini saya bermain permainan sejenis guitar hero dan juga main tembak-tembakan. Ternyata seru juga dan cukup menghibur. Tak perlu menukarkan koin kayak di Timezone, di amusement ini, kita cukup memasukan koin 100 yen.
Selepas dari wahana permainan, Tau mengajak saya melihat-lihat Muji, Uniqlo, dan departement store lainnya. Saya sih sudah kenyang dengan beginian karena di Jakarta pun ada.
Ada kejadian lucu, konyol, bodoh, dan ngeselin di sini. Ketika selesai berkeliling AEON Mall, kami langsung bergegas ke parkiran mobil dan ingin segera meluncur ke restoran Sushi karena perut sudah keroncongan. Kemudian kami dibuat panik dengan hilangnya mobil Taku. Oke, lebih tepatnya si Taku tidak bisa menemukan mobilnya. Entah dia lupa parkir atau gimana, tapi tetap dia tidak bisa menemukan mobilnya. Saya berkali-kali meyakinkan “Do you remember your car number?” atau mencobanya membantu dengan mencari sesuai deskripsi mobilnya “what color is your car?”. Tetap saja, kami sudah mondar mandir dari ujung ke ujung parkiran namun tak menemukannya. Si Taku sudah pasrah. Dia berjongkok lemas, hampir saja menangis. “Gila ini remaja labil banget, mobil sendiri gak ngenalin” ucap saya dalam hati. Pokoknya kami tertahan di parkiran hampir satu jam!!
“Hey, take a break. Are you sure there is no other parking lot?” tanya saya. “No.. “ jawabnya dengan muka hampir mau nangis. Kemudian dia mengagetkan saya “I know!!!” dan langsung berlari. Saya mengikuti dia dari belakang. Kami kembali masuk mall dan terus berjalan lurus. Benar apa kata saya. Ternyata ada dua parkiran. Jadi kami parkir di sisi yang berbeda. OMG!!!! Taku berkali-kali minta maaf sambil menertawakan kebodohannya. Yang terpenting buat saya adalah kami segera meluncur ke restoran sushi. Yeaayyy.. makan!
Eh ternyata lo kelahiran 91 ya, mudaan elu dong 😀
Itu Taku potret anak gaul Jepang kayaknya. Modis dan stylish daripada Yusuke.
Oh gitu Gi? :p hehehe asik jadi muda ..
iya, Taku macam anggota band J-rock gitu, emang gaul anakya. hehe
Kita kan emang masih muda 😀
astaga, gini ini kalo lupa markir mobilnya dimana. tempat parkirnya mirip2 kali
mirip banget, soalnya ini di sisi gedung yang sama persis gitu.
tengil bangat gayanya Taku 😀
ya begitulah.. gaya-gaya J-rocks banget. Btw suaranya dia bagus, jadi pengen karoke sama dia..
Hahhahhahahhahaa, kalo aku jadi Taku, pasti sudah hampir pingsan tuh :)))))
hahaha soalnya itu mobil orang tuanya juga kan.. udah beneran hampir mau nangis dia
Hahaha moshi-moshi…. Ahh jadi tahu kalo Febry kelahiran 91, berasa tuir deh >.<
ooohhh jadi manggilnya mas Halim dong? :p
Ahh beda tipis kok, panggil nama aje *kunyah melati* 😛
Hehe… itu foto di Khaosan tp bajunya kamboja banget deh..
hihihi kenapa emangnya mba? itu ceritanya abis dari Kamboja, trs di Thai keabisan baju.
hehehe ciri2 orang keabisan baju… biasanya maunya jd oleh-oleh tp bs dipake kekeke…. *saya juga gitu wkwkwkwk…
iya mba, emang sengaja juga bawa baju sedikit :p
Moshi…..moshi…langsung inget resto Jepang, Feb