Setelah dibuat nyaman oleh Chichibu dengan menginap di ryokan, melihat alam yang spektakuler, masuk ke museum dan kuil, hingga nyobain serunya naik kereta uap klasik, sekarang saatnya saya move on! Ciaaaa.. Walaupun hanya menghabiskan waktu 3 hari di Chichibu, tapi kok rasanya lama banget dan saya sangat puas. Nah, setelah Chichibu di Saitama, saya ditugaskan untuk menginap dan mereview hotel di Isesaki, prefecture Gunma.
Isesaki merupakan kota yang mengalami pertumbuhan paling pesat di prefecture Gunma beberapa tahun terakhir. Meski begitu, Isesaki bukan kota terbesar di Gunma. Ibukota dari prefecture Gunma sendiri adalah Maebashi. Jarak Isesaki dari Tokyo itu sekitar 94 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam dengan kereta biasa dan transit di beberapa stasiun, rute ini memakan biaya sekitar 2210 yen. Bisa juga naik Shinkansen dengan ongkos 4900 yen, waktu tempuh 1 jam 50 menit.
Kali ini, saya tidak berangkat dari Tokyo, melainkan dari stasiun Mitsumineguchi di Chichibu. Kenapa dari stasiun ini? karena saya habis naik kereta uap dan berakhir di stasiun ini. Jadinya memulai perjalanan panjang menuju Isesaki dari stasiun di ujung Chichibu ini deh. Menurut rute perjalanan yang saya lihat di Google Maps sih, saya harus melakukan berjalanan dengan kereta selama 3 jam lebih. Nampaknya memang akan menjadi perjalanan yang panjang.
Sebenarnya ada apa di Isesaki? saya pun tak tahu pasti. Tujuan saya dikirim ke Isesaki pun hanya karena disuruh menginap di Hotel Route Inn Isesaki. Sempat sedikit browsing soal kota ini dan hanya mendapatkan informasi yang sedikit. Mencari objek wisata pun tak terlalu banyak dan tidak populer. Akhirnya saya melaju bersama kereta Chichibu Railway menuju Yurii station.
Perjalanan dari Mitsumineguchi ke Yurii station merupakan perjalanan dari ujung ke ujung. Jadi saya sempatkan untuk ‘tidur-tidur ayam’. Hingga ketika terbangun, saya enggan untuk tidur lagi karena pemandangan Chichibu masih menggoda untuk dipandang. Kereta berhenti di Nagatoro station, merupakan salah satu top destination di Chichibu. Kita bisa naik ke puncak gunung dengan menggunakan cable car, di sini namanya Hudosan (Gunung Hudo) Ropeway. Selain itu, kereta juga seringkali melewati sungai-sungai penuh jeram yang juga dijadikan aktivitas wisata oleh turis lokal. Ah sial! Saya sudah tidak punya waktu lagi untuk mencoba semua objek tersebut. Alhasil saya terus melanjutkan perjalanan menuju Kagemori station. Tiba-tiba momen galau datang, saya terus memandang ke jendela, kereta terus melaju, dan menyisakan gradasi kuning-oranye di jendela.
Dari Yurii station, saya masih harus melanjutkan perjalanan menuju Takasaki, salah satu kota terbesar di Gunma. Sayangnya tak sempat juga untuk mampir karena harus mengejar kereta selanjutnya menuju Isesaki dengan JR Ryomo line. Hari sudah mulai senja, jalur kereta beberapa kali berada di ketinggian. Saya sempat melihat kemilau senja di atas langit Maebashi, ibu kota Gunma.
Niat awal saya adalah untuk berjalan kaki dari stasiun menuju hotel. Toh jaraknya hanya 3 kilometer. Mengingat hari mulai gelap dan baterai handphone sudah menipis (karena akan menggunakan google maps untuk navigasi) akhirnya saya memutuskan untuk naik taksi. Yak, saya sudah terima resiko dompet akan terkuras. Sebelumnya saya pernah naik taksi di Kyoto dengan jarak sekitar 10-15 km. Tau tarifnya berapa? hampir Rp. 500.000.
Kalau naik taksi di Jepang, sekali buka pintu saja tuh sudah 710 yen. Jangan norak juga ya, pintu akan terbuka sendiri dan bisa menutup sendiri. hehehe Untungnya hotel yang akan saya tuju sudah cukup terkenal, jadi supirnya tau namun ada baiknya juga kalau mempunyai alamat pasti atau kartu nama dari hotel tersebut.
Selama perjalanan menuju hotel, ternyata saya sempat menjumpai macet di persimpangan jalan. Nampaknya banyak dari warga Isesaki yang ingin menghabiskan malam minggu. Perjalanan 10 menit ini cukup bikin saya ketar-ketir melihat argo taksinya. Geraknya cepet banget, tau-tau udah 1500 yen aja. Untungnya belum sampai menyentuh 2000 yen, taksi sudah sampai di depan hotel. Fiuuuhhh…
Akhirnya, perjalanan panjang selama hampir 4 jam ini selesai sudah. Saya diantar ke kamar hotel di lantai 8. Dari dalam kamar, saya bisa melihat sisa-sisa sunset di langit Isesaki. Selain itu, bisa juga melihat pemandangan sekitar kota yang .. agak sepi. Krik.
Sunset dari kamar nya cakep banget, jd kangen jepang ;-(
Sunset dari kamar nya cakep vanget, jd kangen jepang ;-(
iya cakep, hiburan lah 🙂
ayo bang ke Jepang lagi yuk.. kangen juga 🙁
Enaknya bisa jalan-jalan di kota-kota kecil Jepang. Asik tuh. Live like a local.
bener banget hehe variasi setelah kota metropolitan kayak Tokyo.