Kata orang belum lengkap kalau ke Jepang tapi tidak makan sushi, belum lengkap juga kalau belum menikmati onsen. Nah, buat saya, belum lengkap ke Jepang kalau belum merasakan menginap di ryokan. Apa sih ryokan? Berbeda dengan hotel-hotel modern masa kini, ryokan merupakan penginapan tradisional Jepang. Ryokan mulai terkenal pada era Edo. Kini, walaupun sudah mulai tergusur dan tergantikan oleh hotel-hotel modern, ryokan masih banyak tersebar di beberapa daerah rural, ataupun kota-kota wisata seperti Kyoto.
Sudah lama sekali saya mendambakan menginap di ryokan. Ruangan berbalut tatami, dilengkapi futon, selimut tebal yang hangat. Tak jarang ryokan juga menyediakan ruangan khusus untuk minum teh. Satu lagi yang menjadi incaran yaitu pemandian air panas atau dalam bahasa Jepang disebut onsen. Tak hanya fasilitas-fasilitas ini yang berbalut ketradisionalan Jepang namun kita juga bisa mendapatkan kelezatan cita rasa kuliner khas Jepang dari menu makanan-makanan yang disajikan setiap malam dan pagi hari.
Pengalaman pertama saya menikmati ryokan adalah ketika saya berkunjung ke kota Chichibu, prefecture Saitama. Kota ini relatif dekat dengan ibu kota Jepang, Tokyo, tetapi saya tak menduga bahwa Chichibu menyajikan bentang alam yang luar biasa indah. Dikelilingi pegunungan, bentangan lahan pertanian, dan tak ketinggalan atmosfir musim gugur dengan dedaunannya yang menguning dan memerah. Kemudian, rasa penasaran saya akan tinggal di ryokan terjawab dengan kedatangan saya di Hatogo Ichiban. Sebuah kompleks penginapan yang tak terlalu besar , terletak di desa Tochitani. Untuk sampai ke tempat ini sebenarnya agak mudah, hanya naik bus sekali saja dari stasiun Seibu Chichibu. Sayangnya, ada keterbatasan informasi terkait bahasa. Jadi, cukup menjadi tantangan tersendiri untuk bisa sampai di tempat ini.
Saya disambut oleh seorang bapak, dia berusaha dengan keras untuk bisa berkomunikasi dengan saya. Dengan bahasa Inggrisnya yang gagap, dia menjelaskan mengenai bangunan-bangunan di dalam kompleks ryokan ini. Mulai dari ruang makan, resepsionis, kamar tamu, hingga tempat pemandian air panasnya. Setelah itu, dia menyodorkan saya selembar kertas yang berisi penjelasan dalam bahasa Inggris, broken English tepatnya. Memberitahukan mengenai jadwal makan malam dan sarapan, informasi penggunakan pemandian air panas, dan fasilitas lainnya.
Makan malam adalah waktu yang saya tunggu. Ketika sampai di meja makan, saya benar-benar kaget dengan menu yang disajikan. Variasi makanannya pun sangat beragam. Mulai dari sup kentang yang gurih, potongan sayuran lokal yang segar, jamur goreng, ayam panggang lezat dengan dressing apel , dan nasi kukus dengan topping jamur lokal. Semua makanan itu sangat menggugah selera, saya sampai bingung mana duluan yang mesti dilahap. Belum selesai menghabiskan semua makanan itu, datang lagi menu lainnya dan hidangan penutup berupa buah-buahan disiram kuah manis dari kacang merah. Slurrrppp
Sehabis makan malam, biasanya saya habiskan dengan bersantai di kolam air panas pribadi. Onsen di Hatogo Ichiban ini merupakan onsen pertama saya. Pertamanya kelabakan karena suhu air yang sangat panas, lama-lama malah jadi ketagihan dan betah. Terdapat dua buah kolam di sini, satu indoor dan satu lagi outdoor. Sebenarnya agak horor sih karena berendam sendirian di tengah hutan bambu, tapi cukup memejamkan mata saya bisa sangat menikmati kenyamanan di kolam ini.
Semua pengalaman ini bisa dinikmati dengan merogoh kocek sebesar 22.000 yen atau senilai Rp. 2,500,000 untuk satu malam. Nah, sadisnya lagi, ternyata harga satu paket makannya sebesar 13.000 yen, kalau yang ini senilai tiket pesawat saya sekali jalan Jakarta-Tokyo. Tenang dulu, tidak semua harga menginap ryokan semahal ini, kamu juga bisa dapetin pengalaman yang tak jauh berbeda dengan menginap di ryokan sekitar Kyoto. Setahu saya, kisaran harga ryokan di Kyoto dimulai dari 5000 yen per malamnya. Jadi, sebelum pergi ke Jepang sebaiknya menabung dulu ya agar bisa menikmati pengalaman Jepang secara komplit.
Okeee ,,, akhirnya pertanyaan berapa harga nginep di Ryokan nya terjawab di sini.
Tapi kalau memang bisa ngumpulin duitnya sih ya gak masalah ya. Toh pengalamannya jauh lebih berharga. Kapan lagi nginep di Ryokan khan? Mumpung di Jepang.
Kadang aku terpikirkan juga sih, seandainya Indonesia mengemas pengalaman macam ini.
Misalnya nih ya, nginep di rumah-rumah adat asli Indonesia.
Dan sebagai keturunan Minang aku terpikirkan, seandainya ada paketan wisata nginep di rumah gadang 😀
Nah itu homestay yang sesungguhnya ya?
Btw kl mau ryokan jangan sendirian sih biar gak bangkrut hehe. Terus bisa lebih murah kalau gak pesen makanannya.
Betul bangeeet.
Siip, makasih tips nya Feb. Eh tapi kalau gak pesan makan di ryokan sih, asal bisa cari makan di sekitarnya gak papa lah. Takutnya ryokan nya terpencil gitu.
Jadi penasaran. Ada gak sih ryokan yang punya dapur komunal? Hahahaha
haha iya.. udah bawa bekal dari kota berarti :p
Harusnya sih ada ya microwave hehe
Gilak, langsung mundur teratur dan dengan elegan, lihat harganya. Pantes onsennya keren. *googling ryokan harga bawah*.
Pingback: 3 Jam Menuju Isesaki, Gunma | TRIP TO TRIP
DUA JUTA LIMA RATUS PER MALAM? :S BUSHETTT :S
Pantes kece banget fasilitasnya :S
Bawa sangu berapa deh lo feb pas ke Jepang :S *Kepo*
haha sama lah kayak nginep di hotel bintang 5 ya? hehe cuma ini otentik.
Cuma bawa duit 65.000 yen akunyah 🙁 kere beud.
Pingback: Perjalanan Menembus Masa Bersama Paleo Express | TRIP TO TRIP
Pingback: TRIP TO TRIP
Aduhhhh! Asyik ya tinggal di ryokan yg begini? *pasang angan-angan*
asik lagi kalau ditemani wanita Jepang akak Rusli…
kalo aku tidur di ryokan tadi berasa kayak jadi janggem (tulisannya kagak tau ya bner apa salah 😛 )
haha janggem kyk pernah denger. apaan ya?