Lompat ke konten

Penang, Perpaduan Cita Rasa dan Sejarah

Georgetown

September 2011 lalu, saya ke Penang bersama 4 orang teman. Lucunya kami hanya menghabiskan sekitar 2 hingga 3 jam saja di Penang. Padahal sekitar 10 jam mengendarai mobil dari Cyberjaya dan pulang pergi. Nah, baru lah setahun kemudian saya bisa balik lagi ke kota ini dan menghabiskan 2 hingga 3 hari. Hmm ada banyak hal yang sebenarnya bisa dilakukan di sini. Penang adalah perpaduan antara cita rasa dan sejarah. Penang adalah pusat hiburan yang tergolong ‘kalem’.

Penang, 7 September 2012. Saya bangun jam 10 dan tersadar seisi rumah sudah kosong. Semalam Yusuf memberikan pesan kalau siang sebelum solat jum’at dia mengundang saya untuk makan siang di dekat Sunshine Square. Dia juga menggambarkan peta bagaimana keluar dari apartemennya ke jalan raya, dan menaiki bus apa ke tempat tersebut. Sial, saya yang lagi berjalan menuju jalan raya baru inget kalau peta nya tertinggal di atas meja di kamar yang saya tiduri. Akhirnya saya mengandalkan insting saya dan mengingat jalan yang semalam saya lewati. Wiii…

Old building, Penang

Menunggu bus di Penang ini memang harus super sabar. Saya nunggu setengah jam pun tak datang juga, padahal waktu sudah mepet ke solat jumat. Pengalaman ini juga dirasakan oleh teman saya, bahkan dia sampai hitch-hiking coba! Oke, akhirnya saya dapat bus juga, 402e menuju… wait saya lupa mesti turun di mana. Akhirnya saya menebak-nebak turun nya karena melihat ada sebuah bangunan yang mirip dengan mall.

Di depan McDonalds saya dijemput oleh Yusuf. Kemudian kami meluncur ke sebuah pertokoan yang ternyata nyempil sebuah restauran vegan. Di sana saya bertemu dengan temannya Yusuf yang nantinya juga akan menginap di tempatnya. Dia adalah seorang pelajar S2 di USM asli Malaysia. Tak sampai setengah jam saya makan, adzan dzuhur sudah bersiap berkumandang. Kami kemudian berpisah lagi dan saya menuju masjid terdekat. Akhirnya.. setelah dua minggu absen solat jumat. he he.. (minggu pertama saya sedang di Beijing dan tidak menemui masjid satu pun, dan minggu kedua saya sedang keliling Angkor wat :p).

Georgetown

Georgetown

Kota ini masuk dalam world heritage city  UNESCO. Hmm penasaran? dulu waktu pertama kali ingin ke sini, saya banyak browsing tentang gambar-gambar menarik dari kota ini. Mirip seperti di Melaka, gedung-gedung tua itu masih terawat dan setidaknya tidak kumuh sepeti yang ada di kota tua.

Bagaimana menuju Georgetown? seluruh RapidPenang akan berhenti di terminal bus dekat pelabuhan Georgetown. Nah, dari situ kamu  bisa jalan kaki langsung keliling daerah itu atau menaiki bus gratis yang suka berkeliling dengan tujuan Komtar. Rata-rata tiket RapidPenang itu 1 hingga 2 ringgit, sedangkan untuk jarak yang jauh (sampai ke ujung tujuan) bisa sampai 3 hingga 4 ringgit.

Apa aja sih yang bisa dilihat? uhm kebanyakan ya bangunan-bangunan tua yang masih apik. Ada Penang City Hall, Queen Victoria Clock Tower, dan berbagai gereja-gereja tua. Selain itu terdapat juga beberapa bangunan bersejarah yang kental akan budaya cina, muslim, dan india.

Penang

Sewaktu di bus menuju Penang, saya sempat ‘interview’ kecil-kecilan ke orang yang duduk di sebelah saya. Dia sudah lama tinggal di Penang. Ketika ditanya makanan apa yang wajib dicoba di Penang.. uhmm dia agak bingung. Mungkin karena sudah terbiasa jadi tidak merasa ada yang spesial di kota ini, namun dia mengajukan satu nama makanan yang wajib dicoba; Mie Sotong! Letaknya di dekat Fort Cornwallis, Padang Kota Lama Food court.  Nah, pas banget pas saya lagi teler kelaperan gara-gara tidak menemukan kedai makan yang buka selagi di jalan. Akhirnya saya berhasil menemukan makanan yang TOP ini! Antreannya puanjaaaang banget! Yang masak bapak-bapak bertampang India. Masaknya gahar banget seperti seorang ksatria sedang perang, gesekan antara spatula dengan kuali menimbulkan suara mirip pedang sedang beradu. Humm aroma masakannya pun seakan memeras perut, jadi tambah lapar. Gokil nih pasti!

Mee Sotong, Sluurrp | © taufulou.com

Satu piring Mie Sotong Goreng dengan teh tarik dingin sangat-sangat menghibur sore itu. Kalau boleh dibandingkan, Mie Sotong ini mirip seperti Mie Aceh. Baik dari bentuk mie dan bumbunya. Namun ada yang berbeda, bumbunya lebih pekat ditambah gurihnya sotong dan kuahnya itu membuat masakan ini lebih yahud! Pedasnya sangat mengobati lidah yang tiga minggu terakhir tak kena sambal. Teh tariknya juga bikin nagih. Sluurrrpp.. ini akan jadi makanan wajib deh kalau berkunjung ke Penang.

Penang dari City Hall

Note: Saya dapat informasi dari teman saya (Yusuf & Istrinya), kalau kamu mau bertanya jalan di Penang/sekitar Malaysia, sebaiknya jangan bertanya ke orang Melayu, karena mereka cenderung untuk tidak tahu. Entah lah, mungkin karena memang kurang eksplor daerah sekitar atau gimana. Tapi kata teman saya, orang India atau Cina di sana lebih tanggap akan daerah-daerah di sekitar, jadi bisa diandalkan kalau bertanya.

13 tanggapan pada “Penang, Perpaduan Cita Rasa dan Sejarah”

  1. Timothy W Pawiro – I like to watch movies ... I like to listen to music and attend concerts ... I like to hang out with my friends ... I like to eat ... and I like nasi goreng kambing (lamb fried rice)!! Haha :D

    Jadi lapar malam2 ngeliatin foto mee sotongnya -___-

        1. Febry – 🌎

          Heey taufulou, thanks for visiting and hope I get your permission to use your photo :p but I put your link on this post.
          yeah, sure I’ve had a great time in Penang. manage to visit again this year maybe.
          Cheers.

      Tinggalkan Balasan

      Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

      Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.